Minggu, 21 Juli 2013

Review Bangkok; The Journal by @moemoerizal (Moemoe Rizal)

Judul: Bangkok: The Journal
Penulis: Moemoe Rizal
Kategori: Novel
Ukuran: 13x19 cm
Tebal: 436 halaman
Terbit: Cetakan Pertama, 2013
Penerbit: Gagas Media
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Siapkan paspormu dan biarkan cerita bergulir. BANGKOK mengantar sepasang kakak dan adik pada teka-teki yang ditebar sang ibu di kota itu. Betapa perjalanan tidak hanya mempertemukan keduanya dengan hal-hal baru, tetapi juga jejak diri di masa lalu.

Di kota ini, Moemoe Rizal (penulis Jump dan Fly to The Sky) membawa Edvan dan adiknya bertemu dengan takdirnya masing-masing. Lewat kisah yang tersemat di sela-sela candi Budha Wat Mahathat, di antara perahu-perahu kayu yang mengapung di sekujur sungai Chao Phraya, juga di tengah dentuman musik serta cahaya neon yang menyala di Nana Plaza, Bangkok mengajak pembaca memaknai persaudaraan, persahabatan, dan cinta.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekilas tentang cerita Bangkok: The Journal nya Moemoe Rizal ini.

Ini cerita tentang Edvan, seorang arsitektur sukses di Singapura. Satu hari, Stevan, karibnya, bertanya ke pada Edvan Lo kapan pulang ke Indonesia? dan itu mengingatkannya kepada sebuah kejadian yang mungkin membuatnya menjadi benci pada ibu nya.
Edvan menerima SMS yang mengatakan kalau ibu nya meninggal. Maka tidak pikir panjang, ia memesan tiket pesawat dari Singapura-Indonesia untuk esok hari. Yang mengirim pesan tersebut adalah Edvin, adiknya. Di pemakaman, Edvan tidak melihat Edvin sama sekali. Namun dalam SMS itu, Edvin berkata aku bisa melihat kakak. Akhirnya mereka berjanji untuk bertemu di sebuah restoran malamnya setelah pemakaman ibu mereka.
Di restoran, dia tidak melihat Edvin sama sekali. Edvin berkata aku memakai baju merah. Banyak cowok menggunakan baju merah, tetapi ia tidak melihat Edvin sama sekali di sana. Singkat cerita, Edvin telah berubah menjadi 'Ladyboy'.
Lalu, Edvin memberi semacam 'wasiat' ataukah 'warisan' dari ibu untuk Edvan. Mencari jurnal di kota Bangkok, Thailand.
Di sana, Edvan bertemu dengan Charm.
Di sana, Edvan mulai bisa menerima adiknya yang menjadi seorang Lady Boy.
Banyak hal yang mampu mengubah Edvan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya memang tidak begitu pintar merangkum apa yang sudah saya baca apalagi untuk di review. Saya tidak mau bercerita banyak. Saya ingin agar kalian bisa membaca buku itu sendiri. Saya akan membuat kalian penasaran dengan isi buku itu dan bisa menyimpulkan sendiri bagaimana buku itu.

Cover. Keren. Dari awal saya sudah jatuh hati dengan cover Bangkok ini, saat masih Coming Soon. Saya berencana harus membeli novel yang satu ini. Jadi sebenarnya, saya ini bisa di bilang bisa menilai sebuah buku itu bagus ya karena cover meskipun tidak semua. contohnya CTSB. Ah, saat itu, saya sedang di Samarinda, pergi ke Gramedia. Saya menemukan Bangkok tapi tidak saya beli karena masih di kardus. Saya urungkan. Lalu saya mengikutin Kado Untuk Blogger dan got it! Saat saya lihat daftar buku, tidak pikir panjang, saya pilih. Intinya, covernya keren.

Cerita. Nggak terduga kalau di akhir cerita, si Charm kena kanker. Moemoe Rizal sangat pintar membuat sebuah hal yang membuat kita penasaran. Di awal cerita memang Charm di ketahui suka meminum obat-obatan. Ah tapi pikir saya, mungkin itu obat agar dia tidak cepat capek. Ternyata obat untuk kanker. Cool. Lalu, ceritanya juga asik. Kita di ajak keliling Bangkok. 

Gaya bahasa. Saya kurang suka sebenarnya karena ada banyak kata-kata yang tidak pantas. Tapi ini novel, nggak perlu di sensor seperti film-film. 

Tokoh. Edvan sukses di bikin sesombong mungkin. Charm sukses di bikin seramah mungkin. Ibu Edvan sukses di bikin sebijaksana mungkin. Edvin(a) sukses di bikin seanggun mungkin.

Bintang untuk novel ini? 3.5/5


thx.
Rifa

NB: Review ini untuk Gagas Media

Senin, 15 Juli 2013

Review Paris by Prisca Primasari

Judul : Paris; Aline
Penulis : Prisca Primasari
Kategori : Novel
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 214 halaman
Terbit : Cetakan Pertama, 2012 ; Cetakan Ketiga, 2013
Penerbit : Gagas Media
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari Paris, sepotong kisah cinta bergulir, merupakan racikan istimewa dari tangan terampil Prisca Primasari yang sudah dikenal reputasinya dengan karya-karya sebelumnya Eclair, Beautiful Mistake, dan Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa.

Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bernama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula?

Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Pere Lachaise yang konon berhantu?

Setiap tempat punya cerita.
Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya selesai baca Paris juga. Cukup dua hari saja. Novel ini sangat-sangat menghinoptis. Padahal waktu itu waktu baca halaman pertama udah nggak mau lanjut baca gara-gara di halaman pertama aja udah ada nama macam Sevigne Devereux (halaman 2). Udah cukup baca nama sulit kayak gitu. Udah males duluan.
Tapi, saya penasaran sama orang-orang yang bilang kalau novel ini bagus. Ya sudah, saya pun melanjutkan baca dan tadi malam selesai. Hari pertama, bisa setengahnya. Hari kedua, tuntas. Ceritanya pun meninggalkan kesan tersendiri.

Di mulai dari kenapa saya milih Paris di antara sepuluh buku yang saya pilih dari Kado Untuk Blogger. Saya milih novel ini bukan karena keinginan saya, loh. Adik saya lah yang pingin. Berawal dari beberapa bulan lalu, saya ingat kalau dia pingin baca Paris dengan cara meminjam pada temannya. Cuma nggak jadi-jadi. Lalu saat saya buka daftar pilihan buku yang harus dipilih dan melihat judul Paris dalam jajaran, saya pun langsung memanggil adik saya dan menawarkan. Dia sih mau saja dan malah menyuruh saya harus memilih Paris. Akhirnya saya pilih.

Lalu, dari cover. Covernya suka banget. Kayaknya hampir semua cover STPC itu simple. 

Gaya bahasanya enak. Mengingat novel ini sebenarnya semacam diary Aline untuk Sevigne, kawannya.

Saya menandai sekiranya dua kalimat yang terasa tidak cocok di baca.
  • "Apa paling kamu rindukan dari Indonesia apa?" (halaman 52)
  • Ku pikir dia mempunyai keturunan Timur Tengah: Tatar atau Aljazair. (halaman 60)
Ada satu yang saya temui typo. Di mana menyebutkan "Mama" menjadi "Mamam". Awalnya saya cuma "Ha? Apaan mamam?" lalu setelah lanjut baca, yang di maksud adalah "MAMA" nya Sevigne. Ok...

Cerita ini sih menarik. Menarik banget. Tokoh Putra yang tidak begitu banyak di ceritakan tetapi sebenarnya adalah target sasarannya Aline membuat saya jijik sendiri. Iri? Untuk apa iri dengan Aline? Saya tidak suka dengan tokoh Putra. Cowok seperti dia itu... *tidak saya lanjutkan*

Saya suka dengan suami kak Marabel. Kak Marabel sendiri adalah kakak dari Sena. Suaminya yang terkesan cerdas itu sepertinya baik. Rela memberikan sebuah buku tentang Moliere. Entahlah, buku apa ini saya tidak tahu. Intinya, Sena ini di tahan oleh keluarga--atau sepasang suami istri Poussin yang anaknya telah meninggal. Sena sepertinya sudah dianggap sebagai anaknya karena anaknya meninggal. Dan menurut saya, anaknya meninggal karena kejahatan mereka sendiri. Meninggalnya pun di usia 16 tahun. Boleh kita katakan kalau suami-istri ini psikopat. Si anak nya itu mengoleksi tentang Moliere. Jadi, untuk memancing suami-istri agar Aline bisa menemui Sena yang berada di loteng rumah mereka, suami kak Marabel merelakan buku tersebut yang harganya 40 juta rupiah lebih...

Saya ada sedikit bingung di mana Aline yang tertahan di rumah keluarga Poussin ini di ajak makan oleh Sena yang sudah di tahan di rumah itu kurang lebih lima tahun. Awalnya, Sena mengajak Aline untuk makan karena lapar. Makanan di rumah tersebut tidak ada enak-enaknya. Sena berjanji untuk kembali lagi. Saya pikir, Aline juga akan ikut kembali mengingat masih tertinggal tugas mengetik sesuatu yang beribu-ribu halaman itu. Tetapi setelahnya, mereka pergi ke apartemen kak Marabel dan suaminya, lalu Sena melepas rindu sama kak Marabel dan Aline langsung pulang ke apartemennya dia, bukan ke rumah suami-istri Poussin. Lalu, tugas mengetik di mesin tik itu di tinggalkan begitu saja? :|

Saya merekomendasikan kalian-kalian untuk membaca novel Paris karya Prisca Primasari ini.

Bintang yang saya berikan? 3.5/5.

thx.
Rifa

NB: Review ini untuk Gagas Media


Jumat, 12 Juli 2013

Liburan menghitung hari

Liburan tinggal 2 hari. Saya menulis di sini tepat hari Jumat. Baru beberapa menit. 

Sekolah saya baru selesai ujian tanggal 5 Juni. Setelahnya, ke sekolah hanya untuk menuntaskan nilai-nilai yang masih di bawah standar untuk masing-masing pelajaran. Kalau anda sudah tidak memiliki tanggungan, selamat, anda sudah libur sejak tanggal 5 Juni jam 10 pagi.

Meskipun begitu, tetap harus ke sekolah hanya untuk mengembalikan 2 buku pinjaman. Hanya 2. Lalu, kelas saya kebagian jadwal untuk menghadiri suatu seminar ataukah anda menyebutnya pertemuan. Tapi saya rasa, lebih layak di sebut seminar kecil.

Ada tiga kelas yang 'wajib' hadir karena telah di hitung 100 siswa. Tetapi pada hari H, yang datang hanya... > 30. Tidak sesuai ekspektasi. Bangganya saya terhadap kelas saya adalah, seminar itu di dominasi oleh anak kelas saya. Cukup bangga dan tidak mengecewakan.

Saat itu, kami harus memenuhi kuota kursi yang tersedia. Akhirnya pun guru-guru memanggil siapa saja siswa yang sedang berada di perpustakaan kah atau mencari siswa yang mencari guru untuk menuntaskan nilai. Maksudnya hanya untuk memenuhi kuota dan tentu agar tidak membuat malu sekolah. Masa yang datang nggak sampai setengah?

Semenjak itu saya sudah tidak lagi ke sekolah. Jadi, liburan saya pun tetap dihitung lebih dari 30 hari. Lama? Tentu. Belum lagi akan bertemu libur puasa dan lebaran. Lama? Sangat. Meskipun nyempil 2 minggu pembelajaran. Tapi apalah artinya kalau hanya 2 minggu saja dan seminggu pembelajaran mungkin hanya sebuah pertemuan semata?

H-2 menuju kelas sebelas. Kelas baru dan kawan baru. Saya pun akan memulai sebuah paket belajar yang sekiranya tidak memberatkan saya. IPS.

Liburan menghitung hari.

Saya akan menantikan liburan seperti ini kembali dimulai 6 bulan dari sekarang.

Selasa, 09 Juli 2013

Review "Snow Country" by Yasunari Kawabata

Judul : Snow Country
Penulis : Yasunari Kawabata
Penerjemah : A.S Laksana
Kategori : Novel Terjemahan
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 190 halaman
Terbit : Cetakan Pertama, 2009 (oleh Gagas Media)
Penerbit : Gagas Media
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lagu pertama itu menyentuh sesuatu yang kosong di dasar perutnya, dan dalam kekosongan itulah suara shamisen bergema. Shimamura terkejut--atau, lebih tepat, ia terjengkang oleh sebuah pukulan telak. Terbenam dalam perasaan khidmat, dibasuh oleh gelombang penyesalan, tanpa daya, ia tak memiliki kekuatan lagi untuk melakukan apa pun, kecuali menghanyutkan dirinya pada arus yang menyeretnya, pada keriangan yang dihadirkan oleh Komako kepadanya.

Di daerah bersalju yang selalu dingin itu, Shimamura bertemu Komako, seorang geisha yang pipinya sewarna angsa yang baru dibului. Tanpa ia sadari, Shimamura tahu Komako tengah jatuh cinta padanya, begitu pula sebaliknya. Keduanya berusaha menemukan pembenaran atas cinta mereka, hingga akhirnya menyerah dan menyadari kalau cinta mereka telah gagal sejak kali pertama mereka bertemu.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Daerah Salju (Snow Country/Yukiguni/雪国) adalah sebuah master piece karya pengarang roman dari Jepang peraih penghargaan Nobel Sastra, Yasunari Kawabata. Sebuah haiku yang panjang, indah dan bermakna di hampir setiap kata-katanya. Kawabata mampu menjelmakan keindahan kebudayaan dan mitologi Jepang dalam novel ini.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Reaksi saya saat membaca halaman pertama buku ini adalah

Ngeng, apa ini?

Bukan karena apa saya berkata demikian. Saya sendiri pun tidak ingin tidak menyelesaikan membaca Yukiguni sampai selesai. Saya memilih buku ini karena dari sederet pilihan buku terjemahan, hanya Yukiguni yang penulisnya berasal dari Asia saya tidak begitu suka dengan kebarat-baratan. Kebetulan saya suka dengan je-Jepang-an, jadi saya tertarik membaca buku ini.

Cover buku ini sangat simple dan saya suka sekali. Dengan background putih polos, di bagian 1/3 cover bagian bawah ada gambar mungkin rumput yang terkena salju. Lalu letak judul di sisi kanan cover halaman depan. Saya tidak memiliki gambar covernya. Jika saya mem-fotokannya sendiri, hasilnya tidak bagus >.<

Kalau di Indonesia, mungkin ada novel sastra melayu tua yang gaya bahasanya tidak sama dengan gaya bahasa Indonesia yang sekarang, jadi, kita akan sulit untuk memahami nya. Sama seperti saat saya membaca buku ini, bahasanya sulit, susah untuk di pahami. Apa karena sang penulis adalah penulis roman? Saya rasa tidak ada pengaruhnya. Tapi, jujur saja, jika anda-anda sekalian membaca novel ini, anda akan di ajak berpikir. Membayangkan latar suasana di sana. Karena di sini sang penulis memang sangat sering mengajak kita membayangkan latar tempat yang di maksud atau gerak-gerik si tokoh Shimamura dan sebagainya.

Biasanya saat saya baru membuka plastik dari novel, saya melihat bab-nya ada berapa. Tapi karena ini kiriman dari penerbit, semua novel tidak di bungkus dengan plastik seperti buku-buku di toko buku. Saat saya membuka-buka buku Yukiguni ini... Hanya ada dua bab saja.

Bisa jadi, novel ini sangat tipis dan lebih tipis dari novel CTSB. Tapi, karena font di novel ini lebih kecil dari font dari novel CTSB, membacanya pun akan lebih lama ketimbang CTSB yang lebih tebal. Selain karena font, kita akan banyak menemukan kebingungan menerka jalan ceritanya.

Terdapat sebuah kalimat yang mencuri perhatian saya.

Dada perempuan itu masih cukup lancip untuk ukuran perempuan yang bekerja sebagai Geisha. (halaman 33)
Saya tidak mau mereview terlalu banyak terhadap novel ini. Saya sendiri masih bingung dengan ceritanya saking susahnya untuk di pahami. Maka, saya pun mengajak anda semua untuk membaca novel terjemahan ini. Tapi percayalah, anda tidak akan mengatakan novel karya Yasunari Kawabata ini adalah sebuah novel murahan. Pantas rasanya novel ini mendapatkan Nobel Prize Winner.

Bintang yang saya beri? 4,5/5.

NB: Review ini untuk GagasMedia.


Minggu, 07 Juli 2013

Review Coba Tunjuk Satu Bintang by @sefryanakhairil (Sefryana Khairil)



Judul : Coba Tunjuk Satu Bintang
Penulis : Sefryana Khairil
Kategori : Novel
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 210 halaman
Terbit : Cetakan Pertama, 2013
Penerbit : Gagas Media

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Adakah Tuhan sedang memberi jeda untuk kita atau memang tak ada nama kau dan aku dalam takdir-Nya?

Menjalani hari bersamamu begitu menyenangkan.
Tidak ada yang lebih daripada dirimu yang aku inginkan.
Kita tenggelam dalam riuhnya impian, hingga baru tersadar setibanya di persimpangan.
Aku dan kamu berbeda tujuan.

Apakah perpisahan yang benar-benar kita inginkan?

Kita memutar arah, berusaha kembali dari sudut yang berseberangan.

Mungkin kita bisa bertemu kembali di ujung jalan yang sama.
Mungkin kita bisa merajut kembali mimpi yang tertunda...

...Seandainya saja kau belum punya dia.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Isi buku ini:

Cerita tentang sepasang kekasih di awal cerita di ceritakan sebagai sepasang kekasih yang renggang hubungannya karena pernikahan yang di batalkan mendadak bernama Dio dan Marsya. Tiga tahun lalu, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, tiba-tiba Dio harus berangkat ke Hamburg untuk bekerja. Marsya tentu kecewa.

Lalu tiga tahun setelah batalnya pernikahan, Dio kembali ke Indonesia bertujuan untuk bertemu dengan Marsya dan mungkin meminta maaf, berharap Marsya kembali pada nya.

Marsya yang seorang pelukis itu berniat untuk menyendiri sejenak ke suatu tempat yang di sebutnya sebagai 'gravitasi bumi'. Di sana, ia bertemu dengan teman lama bernama Andro.

Dio yang telah berada di Indonesia itu mencari Marsya di rumah atau studio nya namun tidak ada. Boleh-dikatakan-bawahan Marsya yang berada atau bekerja di studio mengatakan jika Marsya di luar kota dan pekerja itu sendiri tidak tahu Marsya tepatnya berada di mana.

Singkat cerita, Andro melamar Marsya. Namun berakhir begitu saja karena Andro tahu jika bukan dia yang pantas untuk Marsya, melainkan Dio.

Pada akhirnya, Dio dan Marsya pun bersatu kembali.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kali ini saya ingin me-review novel terbaru Sefryana Khairil yang cetakan pertama-nya saja ditahun 2013.

Saya memenangkan sebuah lomba ataukah undian dari GagasMedia dengan hadiah 10 buku untuk setiap pemenang. Maka, saat saya memilih setiap bukunya, saya juga melihat berbagai review yang tersedia banyak di Internet. Sejak awal, saya sudah tertarik dengan judul dari novel ini, yaitu Coba Tunjuk Satu Bintang. Saya pribadi suka sekali dengan judulnya. Lalu, saya mencari cover dari novel ini dan reaksi saya pertama kali adalah "ah lucu nya," dan pada akhirnya saya memasukkan CTSB ke dalam pilihan saya.

Saya melihat penggalan kalimat yang berada di belakang novel ini. 

Mungkin kita bisa merajut kembali mimpi yang tertunda.

Wow. Bagi saya, kalimat ini sangat luar biasa. Saya membaca dari awal dan benar-benar saya mencoba untuk memahami. Artinya begitu luar biasa. Saya boleh katakan jika saya tidak salah memilih untuk siap membaca novel satu ini.

Saya baca halaman Thanks nya. Terdapat di sana ucapan terima kasih terhadap seseorang dengan pesan "Terima kasih untuk diskusi buku dan astronominya." Lagi-lagi saya cuma mau mengatakan wow dan saya antusias. Saya buka bab pertama dan saya menemukan quote seperti:

Aku adalah Sagita yang terletak di utara ekuator. Di mana pun kamu berada, kau selalu dapat melihatku.

Ini sungguh menarik! Saya hanya ingin berkata bahwa sepertinya saya tidak salah memilih.

Saya membaca halaman pertama hingga ke pertengahan novel CTSB. Saya menunggu-nunggu konflik yang setidaknya bisa bikin saya deg-deg-an atau hanya sekedar semakin penasaran. Namun bahkan hingga akhir buku pun, tidak ada konflik ataukah sebuah kejadian yang terlalu menarik. Semuanya terkesan biasa. Meskipun si penulis menceritakannya dengan bahasa yang runtut dan baik, jika tidak di imbangi dengan dasar cerita yang menarik, hasilnya akan sama saja. B.I.A.S.A

Cerita di CTSB hanya berkisar kepada mencari sosok yang di cintai untuk kembali namun yang di cari ternyata telah bersama orang lain namun ujungnya akan kembali lagi. Just it. Mencari, mencari, dan mencari. Semua hanya berputar di situ-situ saja. Kesannya monoton.

Yang bikin saya masih bertanya-tanya sampai sekarang adalah siapa sih Kimmy dan Rama? Mereka ini hanya sahabat bagi Dio dan Marsya, ataukah Kimmy dan Rama adalah sepasang kekasih atau bisa di katakan sebagai kakak-adik? Pertanyaan itu terus berputar di otak saya sampai sekarang. Kalau mbak Sefryana Khairil mau menjawab, monggo :D

Latar tempat. Awal mulanya saya pikir novel ini mengambil latar tempat di Samarinda, Kalimantan Timur. Kenapa saya katakan demikian? Ada penggalan kalimat di novel ini seperti ini

Pipi Marsya basah saat ia memandangi foto dirinya bersama Dio di tepi sungai Mahakam. (halaman 27)

Ternyata setelah di baca terus kebelakang, ternyata bukan di Borneo, saudara-saudara. Tentu saja sekitaran Jawa namun tidak persis tau letaknya di mana. Mungkin foto itu di ambil saat 'ceritanya' mereka sedang liburan kali, ya. Tapi nggak di jelaskan kalau mereka sedang liburan di situ. Saya bingung :|
Saya juga penasaran 'gravitasi bumi' yang di maksud mbak Sefryana ini berada di provinsi mana kah atau di kota mana kah. Ternyata di Jakarta setelah saya membaca satu paragraf di novel ini. saya lupa halaman berapa Saya bisa menerka di Jakarta karena terdapat kata Lingkar Luar Jakarta dan Bintaro.

Banyak tidak di sebutkan letak tempat atau kota di novel ini sehingga mungkin banyak yang bingung. Bandara, kota tinggal, dan sebagainya.

Kurang greget karna tidak banyak konflik. Ini yang saya pikirkan sejak semalam. Mungkin seharusnya di ceritakan sedikit tentang Fandy, kakaknya Dio, yang sinis itu atau mungkin bapaknya Dio yang 'katanya' tidak peduli dengan Dio atau mungkin bisa di ceritakan sedikit tentang perusahaan keluarga Dio tersebut. Banyak bikin penasaran di novel ini tapi tidak ada jawaban. Sayang sekali... Seperti, apa pekerjaan Dio di Hamburg? Pekerjaan seperti apa yang bapaknya Dio inginkan dari seorang Dio? Perusahaan bapaknya Dio ini sebenarnya bergerak di bidang apa? Dan semacamnya.

Yang jelas pekerjaan di novel ini mungkin hanya Marsya. Marsya adalah seorang pelukis dan memiliki studio yang di bangun khusus oleh (alm) bapaknya.

Kimmy dan Rama di sini seperti berperan sebagai pembantu. Mereka terlihat seperti sepasang malaikat yang memberi solusi kepada Dio. Seperti mengajak ke Bunaken. Mirip Fairy Odd Parents. Cosmo dan Wanda.

Kelebihan di novel ini bagi saya hanya dua. Gaya bahasa mbak Sefryana yang baik yang tidak kaku dan banyak quote-quote yang layak untuk di kutip :)

Saya pun yakin saya tidak bisa sebaik mbak Sefryana. Saya hanya ingin mereview saja #peaceloveandgawl ^D^

Bintang untuk buku ini? 2/5.

Thx. 
Rifa

NB: Review ini untuk GagasMedia.



Jumat, 05 Juli 2013

"Hidup Itu Belajar."

Mungkin sekitar beberapa hari lalu, oshi saya, @melodyJKT48 sempet nge-tweet "Hidup itu~ BELAJAR!". Hari ini, tepat #KadoUntukBlogger dari @GagasMedia telah saya terima. Dengan bangga saya mengatakan kepada mama saya "Lihat 10 buku ini. Hebat ya aku bisa dapat," begitu ujar saya. Tentu saja saya senang. Bagaimana tidak, bisa menjadi 30 blogger terpilih dari sekian banyak pendaftar saja saya sudah senang apalagi dengan hadiah yang membuat saya nekat untuk mendaftarkan diri. Dari keisengan memperhatikan tweet-tweet Gagas Media tentang lomba ini, saya pun berpikir berkali-kali "Ikut nggak ya?" "Daftar nggak ya?". Dengan sangat kebetulan sekali saat itu saya sedang on Twitter di PC. Jadi, saya bisa dengan leluasa melihat-lihat timeline GagasMedia di Twitter. Beda jika saya on di HP seperti biasanya, akan sangat ribet untuk melihat-lihat timeline GagasMedia. Kalau boleh saya jujur, saat saya membaca salah satu persyaratan yang berlaku, yaitu "suka mereview buku", saya sudah pasrah. Karena jujur saja, saya tidak pernah mereview buku apapun sebelumnya di blog, tapi saya sedang rajin-rajinnya membaca buku termasuk novel. Di blog ini lebih banyak curhatan saya tentang dunia k-pop atau hal-hal di sekolah saja. Namun dengan kenekatan, saya membuka yahoo, lalu saya mengirim e-mail ke pihak GagasMedia. Saat hendak menekan Send, saya berdoa, "Ya Allah, semoga beruntung deh. Aku siap aja kok dapat buku gratis. Aku siap mereview," begitu kata saya. Selama ada niat, nggak ada salahnya, saya pikir demikian.

Seingat saya, pengumuman siapa-siapa yang berhak mendapatkan 10 buku itu seharusnya tanggal 23 Juni dan yang terpilih seharusnya hanya 10 blogger. Lalu saat tanggal 23 Juni itu saya membuka e-mail. Isinya nihil, tidak ada e-mail apapun dari pihak GagasMedia. Akhirnya, saya pun sempat menghapus banner #unforgotTen di blog ini. Ya, memasang banner #unforgotTen adalah syarat wajib yang harus di penuhi. Batin saya "udahlah ini nggak dapat. Hapus, ah..." dan saya benar-benar menghapusnya. Namun dua hari berikutnya, saya baru membuka e-mail lagi hanya iseng dan ada 2 unread e-mail. Saya sih penasaran saja dan akhirnya saya buka. Lalu saya kaget karena ada e-mail dari pihak GagasMedia. Ada apakah? Saat saya buka e-mail itu, subject dari e-mailnya adalah


Saya saat itu langsung membuka blogger dan menuju template. Saya buru-buru memasang kembali banner #unforgotTen. Masih ada harapan bagi saya dan pikir saya demikian. Lalu saya pun memasangnya kembali.

Tanggal 27 Juni pun tiba dimana pengumuman melalui e-mail. Saya sudah tahu kalau pagi hari sudah di kirimkan e-mail namun saya baru membuka e-mail pada malam hari karena adik saya asik sekali bermain di komputer. Saat saya membuka e-mail, ternyata ada 1 unread e-mail. Saya sudah berpikir kalau mungkin saja itu pengumuman tidak di terimanya saya. Namun saya salah. Subject yang tertera adalah


Saat itu juga saya langsung lari-lari di dalam rumah. Saya memberitahu mama saya namun reaksinya hanya sedikit kaget dan seperti kok-bisa-kamu-dapat. "Aku dapat 10 buku!" dan mama saya hanya "10 buku kok banyak banget kak," sambil mengunyah makan malamnya.

Ingin saya memberitahu papa saya namun saat itu papa saya sedang jauh di Eropa dan saya ingat kalau papa mengatakan "nggak dapat wifi nih," jadi saya menunggu papa pulang ke Indonesia saja.

Tidak menunggu waktu lama, saya langsung memilih buku yang harus saya pilih. Ada banyak sekali buku yang tersedia dan saya bingung. Akhirnya saya meminta bantuan adik saya. Tepat seminggu sebelumnya, saya mau membeli Bangkok namun masih terdapat di kardus toko buku. Pada akhirnya, saya tidak jadi membeli dan saya senang sekali karena Bangkok berada dalam daftar buku yang bisa di pilih.

Lalu, apa hubungannya dengan "Hidup itu Belajar?"

Setelah saya merenungkan beberapa menit ini, saya pikir tidak ada salahnya untuk mencoba hal baru. Bahkan, sebuah persyaratan menjadi tidak ada gunanya jika kamu memiliki niat setelahnya. Tidak semua persyaratan harus kamu penuhi jika kamu sudah memenuhi persyaratan lain dan itu pun jika kamu percaya diri. Persyaratan saat itu adalah 

1.    Kemampuan Menulis
2.    Aktivitas blogging (kebaruan posting dan komentar)
3.    Lama blog dan frekuensi meresensi buku

Saya harus jujur di sini, saya sangat percaya diri dengan persyaratan nomor satu. Saya suka menulis dan saya sebenarnya orang yang perfeksionis. Saya merasa kemampuan menulis saya sudah cukup baik. Maka persyaratan nomor satu saya sanggupi.
Syarat nomor dua. Kebetulan sekali dan ini memang sebuah kebetulan baik, beberapa hari sebelum saya mendaftar, saya iseng ingin membenahi blog saya yang sangat polos. Hanya hitam putih dan tidak ada menarik-menariknya. Tidak ada widget-widget yang terpasang. Maka, saya benahi dan saya pun memposting kembali. Syarat nomor dua saya penuhi lagi dan saya sanggupi.
Namun syarat nomor tiga, saya jujur tidak bisa. Maka, saya mereview satu buku pada tanggal 25 Juni, tepat di mana saya menerima e-mail perpanjangan. Saya pikir, satu review mungkin cukup.

Dan pada akhirnya tanggal 27 Juni saya menerima e-mail jika saya terpilih. Dan suatu pembelajaran ini mungkin cukup mampu membuat saya untuk tidak takut mengikuti sebuah lomba seperti ini.

Kamis, 04 Juli 2013

Semakin Jaya Gagas Media!

Tepat hari ini, Penerbit Gagas Media berulang tahun yang ke-10, guys! Ucapin Selamat Ulang tahun yok! :D

Selamat ulang tahun, Gagas Media!

Ternyata Gagas Media baru 10 tahun. Muda banget... Gue aja tahun ini 17 tahun ;w; Curhat, hehe.
Baru 10 tahun aja sudah bagus namanya gimana kalau 17 tahun kayak gue ini? Siapa sih yang nggak tahu Gagas Media? Hari gini nggak tahu Gagas Media? Nggak pernah baca buku, ya? :/

Semoga Gagas Media:
  • Semakin jaya ke depannya.
  • Semakin baik dan berkualitas buku-buku yang di terbitkan. semoga gue suatu hari bisa nerbitin buku di Gagas Media. HEHEHEHE.
  • Semakin di kenal di masyarakat.
  • Semakin kece.
  • Sering-sering juga buat lomba-atau-apa-namanya kayak #KadoUntukBlogger. Lumayan, dapat 10 buku gratis, loh. Kapan lagi, coba... gue dapat sih makanya tahun depan adain lagi ya ._.
  • Dan yang terbaik yang di inginkan Gagas Media bisa terkabul. AMIN!!! \=D/



Senin, 01 Juli 2013

Delusi

Apa itu Delusi?
Delusi adalah suatu keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, yang terus ada walaupun bukti   menunjukkan hal tersebut tidak memiliki dasar dalam realitas.

Kenapa tiba-tiba gue bahas "delusi"? Ini nggak jauh-jauh dari aktivitas gue sehari-hari, yaitu Idol-ing. Seperti yang sudah gue bahas-bahas di post-ing-an sebelumnya, gue ini fans nya SNSD dan JKT48. Tempat dimana gue bisa idol-ing itu di SocMed seperti Twitter. Gue nggak idol-ing di Facebook sama sekali. Semacam... Di sana hanya tempat untuk... Entahlah. Dulu, gue sering buka Facebook tapi memang cuma untuk wall-to-wall bareng teman sekelas atau chatting sama teman atau saudara jauh. Sekarang sih kayak nggak keurus.

Selama gue fangirl-ing di Twitter karena gue cewek, makanya fangirling. kalau cowok, fanboying dong yah banyak fans yang gue temui selalu berkhayal tentang dirinya dengan idola nya. Misalnya gue. Di JKT48, member favorit gue itu Melody semenjak Aki Takajo dan Haruka Nakagawa di transfer ke JKT48, gue juga demen Akicha gue juga pernah kok berkhayal yang bisa memuaskan nggak ada kata yang lebih cocok, Rif? keinginan yang belum tercapai. Misalnya...

Saya, XXX, tinggal di sebuah pulau di Negara Indonesia. Nama pulau tersebut adalah Borneo. Markas JKT48 berada di Jakarta. Seperti yang di ketahui khalayak ramai, JKT sendiri adalah singkatan dari (J)a(K)ar(T)a. Saya masih di bawah umur. Usia saya baru 16 tahun. Meskipun tahun ini, usia saya 17 tahun. Saya ingin menonton teater JKT48 di fx namun tidak bisa. Ada beberapa alasan yang memungkinkan seperti biaya lebih untuk transportasi dan penginapan. Untuk masalah tiket teater, tidak masalah bagi saya. Karena saya tidak bisa bertemu dengan Melody, saya pun berandai jika saya bisa bertemu dengannya lalu berbincang-bincang dalam waktu yang cukup lama. 

Kira-kira contohnya gitu. Banyak yang lebih parah, kok. Misalnya kalau di k-pop gitu. Ini bukan pengalaman pribadi, tapi pengamatan gue terhadap fans-fans di luar sana. 

Ada fans bernama XX, dia penggemar dari sebuah BoyBand Korea Selatan. Dia sering berandai jika oppa-oppa nya itu suatu hari akan menjadi pacarnya atau memeluknya atau menciumnya atau memanjakannya atau menikahinya.

Kira-kira contohnya gitu. 

Sebenarnya, ber-delusi itu boleh. Boleh, kok. Tapi jangan berlebihan karena tidak semuanya baik.