Rabu, 31 Desember 2014

Berlibur ke Negeri Jiran; Mari berangkat ke Malaysia!

Minggu, 14 Desember 2014
Minggu pagi jam 5 gue udah bangun. Rasanya masih ngantuk banget karena malamnya baru bisa tidur sekitar jam 1. Namanya juga liburan, pasti maunya begadang terus. Lebih keren adek cowok gue, dia udah bangun jam 4 pagi. Mantap, Lil!
Sekitar jam 5:30 gue baru mandi. Rasanya terlalu malas untuk mandi. Maunya nggak usah mandi aja...
Jam 6 semuanya sudah siap. Sebenarnya pun tinggal berangkat aja. Semua peralatan listrik dimatikan. Tapi kita baru berangkat jam 6:30. Berangkat bersama Om Laung. Langganan banget, nih, karena sama-sama dari Sumatera Utara. Kebetulan sekali, yang berangkat dari Bontang cuma gue, Tika, Khalil, dan mama. Papa juga berangkat, kok. Tapi dari Jakarta. Pada akhirnya kita bertemu di Balikpapan dan menginap semalam disana.
------------
Selama perjalanan Bontang-Balikpapan, gue pusing terus. Khalil muntah-muntah... Mencoba untuk tidur tapi nggak bisa. Padahal gue ngantuk banget. Pada akhirnya gue baru bisa tidur setelah makan di Tahu Sumedang Samarinda-Balikpapan.
The Power of  Kelaparan. Terima kasih, tahu sumedang. Kau sungguh enak, nikmat, dan sulit untuk dilupakan.
------------
Sekitar jam 1 siang akhirnya kita sampai di Balikpapan. HORE. Senang rasanya. Ketemu papa di hotel. Dia sudah sampai lebih dulu. Tapi, bukan berarti langsung bisa masuk ke kamar T_T
Kita nunggu sekitar 1 jam lebih. Kamarnya masih dibereskan dan memang kamar yang sudah di-booking itu masih ada orangnya dan mereka belum check out :)
Karena bosen, akhirnya ke resepsionis nya minta password wifi lalu internetan.

Di depan resepsionis, ada banyak kue bertema natal. Satu buah dihargai Rp 25.000,00.


Waktu gue sama keluarga lagi duduk-duduk di lobby, papa nanya gini, "kalian mau ke Thailand, nggak?" YA MAU. Tapi, gue pesimis, sih. Karena kok tidak direncanakan. Tapi optimis juga, karena dengan waktu 2 minggu, masa di Malaysia aja? Tak mungkin.

Jam 2;30, akhirnya bisa masuk kamar alhamdulillah... Sampai di kamar langsung lanjut internetan hahaha karena segala rasa lelah akan hilang jika sampai di kasur dan ditemani dengan perangkat elektronik yang mendukung akses internet.

Senin, 15 Desember 2014
Hari yang dinanti akhirnya datang. Duh, thx God.
Sekitar jam 11 siang, kami berangkat ke Bandara Sepinggan. Cukup excited, ya. Akhirnya gue ke luar negeri. Memang agak norak. Hahaha maafin. Tapi disaat yang sama, gue bersyukur banget karena pada akhirnya gue dan sekeluarga bisa liburan di libur kali ini dan bisa ke luar negeri bareng-bareng. Lengkap ber-5. Pokoknya gue senang banget hari itu.



Iseng-iseng liat passport... madesu gila mukak rif mukak.

Rasanya kayak lagi di mimpi. Gue mau liburan ke luar negeri.
.
.
.
.
.
.
maaf. Noraknya kambuh.

Akhirnya kita masuk masuk dan melewati serangkaian pemeriksaan yang paling gue nggak suka. Males banget di-cek mulu. Tapi harus.
Lalu lewat imigrasi. Wah, for the first time
Lalu pemeriksaan lagi asu. Satu yang benar-benar baru gue tau dan menambah pengetahuan gue adalah... kalau mau ke luar negeri tidak boleh bawa air minum. Di dalam ruang tunggu sudah disediakan air. Jadi, bawa aja botol minum yang kosong lalu lo isi sendiri disana. Lebih baik begitu. Agak sial dan sialan juga. Jadi, di tas gue ada botol air mineral sebanyak 2. Di tas lain ada 3. Di buang semua. Enggak ding, kita minum dulu. Tapi nggak keminum semua. Kembung dan cepat kebelet pipis nantinya. Akhirnya dibuang aja. Padahal maunya dikasih ke petugas aja. Lumayan, hitung-hitung sedekah air mineral.

Nunggunya lama.

Lalu gue murung aja.

Nanti sesampai di KL, gue mau internetannya gimana? Mau bbm-an kayak apa? Mau twitter-an kayak apa? 

Asu rif yang dipikirin kok itu.

Bercanda, kok. Tapi beneran.

Yang benar-benar paling gue pikirin adalah... nanti pesawat yang gue tumpangin jatuh di laut kayak apa? Meledak di atas kayak apa? Nggak sampai ke tujuan kayak apa? Gue selalu gitu, kawan. Selalu nggak tenang kalau mau naik pesawat. Selalu was-was kalau pesawat berguncang. Selalu gelisah kalau tanda kenakan-sabuk-pengaman tiba-tiba menyala padahal belum waktunya.
Selalu berharap kalau nggak banyak awan lewat dan cuaca selalu bagus.

Akhirnya gue naik ke pesawat. 

Di dalam pesawat, gue udah berasa lagi di Malaysia. Pramugari-pramugara nya bukan tampang Indonesia banget. Tapi bukan tampang melayu juga... Tampangnya Chinese dan Indian gitu ding. Lalu pengumuman-pengumuman gitu. "Tuan-tuan dan puan-puan". What? Jadi, pemberitahuan yang begitu-begitu sudah menggunakan bahasa melayu. Telinga gue panas. Panas sejadi-jadinya. Gue cuma angguk-angguk aja. Gue baca-baca buku panduan keselamatan dan buku-buku lainnya... Semua pakai bahasa melayu. Dadah bahasa Indonesia...



------------
Di atas pesawat, gue lapar sejadi-jadinya. Bau makanan menyerbak bak wangi bunga yang indah seindah senyummu #eh
Gue mau beli tapi gue nggak pegang uang Ringgit hahaha tai rif. TAI.
Kebetulan, gue duduk sebelahan sama papa. Mau nanya dia pegang duit Ringgit tapi feeling gue bilang dia nggak punya. Hahaha yaudahlah daripada nanya lalu jawabannya nggak punya, mendingan balik tidur lagi.

Selama di pesawat, sepertinya penerbangaan saat itu adalah penerbangan paling uenak buat gue. Cuaca benar-benar bagus banget, goncangan tidak sering terjadi. Mungkin hanya sesekali dan mungkin menurut gue itu adalah goncangan tersedikit yang pernah gue rasakan di pesawat. Telinga gue juga nggak dengung gitu pokoknya penerbangan saat itu enak. Cuma, perut gue nggak enak. Meronta-ronta minta makan.

Sekitar 30 menit terakhir di pesawat, gue udah nggak bisa balik tidur lagi. Lalu tiba-tiba gue buka jendela. Sebelumnya, jendela memang sengaja gue tutup karena di luar silau banget. Wah! Ini awan-awannya tanda-tanda agak sedikit di bawah.
.
.
.
Ok, gue nggak ngerti maksud omongan gue. Tapi maksudnya pesawat ini sudah semakin merendah. Lalu... TARAAA! Udah keliatan bo' daratannya. Keren... Gue cukup takjub. Rapi banget.
Biasanya kalau di Indonesia tercinta ini, misalkan penerbangan dari Jakarta ke Balikpapan, yang kelihatan itu hutan. Struktur dari ketinggian memang tidak terlihat bagus atau kasar alias berantakan dengan tinggi-rendah pohon yang berbeda. Kesannya cukup seram dan suram. Ditambah pula dengan polanya yang tidak teratur seperti kebanyakan hutan lainnya.
Kalau ini, strukturnya halus dan polanya teratur. Tebaklah, itu tentu pohon sawit. Kalau di pelajaran Geografi, pasti itu jawabannya hahaha.
Jadi, sekitar 15 menit yang gue liat cuma pohon sawit dari ketinggian. Semua pohon sawit. Asli. Semua pohon sawit. Gue sempet mikir apakah tidak ada perkebunan lain yang dapat dikembangkan disini selain pohon sawit? Pertanyaan anak geografi yang sok tahu dan sok pintar.

Akhirnya udah mau mendarat. HUH HAH HUH HAH. Lalu mendarat mendarat dan mendarat... Pohon sawit lagi.

Alhamdulillah mendarat dengan sangat mulus di Kuala Lumpur International Airport 2. Senang banget akhirnya liburan segera dimulai.
------------
Pada akhirnya kita diperbolehkan turun dari pesawat.

Satu yang gue rasakan berbeda adalah, kalau kita keluar dari pesawat, pramugara-pramugari nya pasti mengucapkan salam perpisahan; "Sampai Jumpa" "Sampai bertemu lagi" dsb nya. Kalau ini... Enggak. :| Malahan pramugara-pramugari nya nggak standby di depan pintu pesawat.

Hah? Gue udah di Kuala Lumpur?
HAH?



Dimana pun kalau turun dari pesawat, tempat yang paling dicari adalah WC. Tapi penuh. Selalu begitu.
Saking malasnya nunggu, akhirnya kita lanjut lagi mau ambil barang bawaan. Btw, mungkin saking luasnya bandara KLIA2, dari tempat turun pesawat sampai tempat ambil barang itu jauh banget. Buat mama mungkin itu adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Beliau memang ada masalah dengan kakinya.
Karena, kok, nggak ketemu-ketemu tempat ambil barang, akhirnya papa nanya sama petugas. Ternyata harus imigrasi dulu. Kita menjalani serangkaian pemeriksaan itu dan akhirnya ambil barang bawaan yang banyak banget. Papa benar-benar memanfaatkan kapasitas koper yang besar itu. Koper yang dibawa sampai empat koper besar. Kalau kata papa, "nanti disana beli macem-macem. Bawa aja koper mu." Yaudah. Bawa.

Gue merasa asing sekali disana. Gue merasa... asing.

Mau ambil troli dan gue kesusahan saking kerasnya kayak eek. Dibantuin orang. Tampangnya bukan melayu tapi chinese. Kalau di Indonesia, jawab 'makasih' mungkin dia masih ngerti karena kemungkinannya dia chinese-surabaya ((kenapa harus Surabaya)). Kalau disana... nggak tau. Serba lain. Akhirnya gue keluarkan segala kemampuan bahasa Inggris cetek-cetek.

Thank you...
------------
Setelah menemukan semua koper, akhirnya kita keluar dan ketemu Kak Sarah! Alhamdulillah ketemu Kak Sarah. Padahal mama udah bingung banget karena mau menghubungi Kak Sarah sudah bingung sekali.

Kak Sarah itu anaknya maktuo. Maktuo dan mama adalah sepupu dekat. Maka aku dan Kak Sarah bisa dikatakan sebagai sepupu jauh.

Mau ke mobil ternyata masih jauh lagi ah tai sebenarnya gue capek tapi gue nggak suka mengeluh hanya karena itu. Tampang gue kan kuat. Tapi hatiku lemah :(

Di luar sana, kita ketemu sama maktuo yang sudah sampai KL beberapa jam lebih cepat dari kita dan ketemu Kak Fauzi. Dia adiknya Kak Sarah. Jadi, gue punya saudara yang tinggal di KL. Mereka berdua sedang melanjutkan kuliahnya di Universiti Kebangsaan Malaysia. がんばって!

Akhirnya wusss menuju kota. Suasananya sangat-sangat berbeda dengan di Soekarno-Hatta, misalnya. Misalkan kita hendak keluar dari area bandara Soetta, suasanya sudah sangat kota. Tapi kalau keluar dari KLIA2, suasanya masih sangat pedesaan. Bukan, bukan pedesaan kumuh atau bagaimana, tapi memang bandara ini berada di lingkungan perkebunan kelapa sawit. Namanya aja Kuala Lumpur International Airport, tapi letaknya bukan di dekat kota. Mungkin seperti Bandara Kuala Namu yang jauh dari Medan atau Bandara Minangkabau yang jauh dari Padang.
Di mobil, Tika foto-foto suasana sekitar bandara. Benar-benar masih asri.
Di dalam mobil pun, maktuo cerita-cerita tentang KL, tentang banyak hal lainnya. Dari bandara ke Kajang membutuhkan waktu sekitar 45 menit.

Dari yang gue amati, jalanan di sana benar-benar tertata sangat rapi. Kalau kata maktuo, Pemerintah Malaysia benar-benar sangat memperhatikan sarana transportasi. Nggak heran juga, sih. Jalanannya cukup luas padahal termasuk pedesaan. Suasananya nggak kumuh, nggak kayak di sini.
Lalu, disana jarang yang klakson mobil. Kalau di Indonesia mungkin itu makanan sehari-hari pengemudi di jalan raya. Biasalah, nggak sabaran. Tapi disana jarang kita temui sepeda motor. Ada, sih. Tapi kalau di Indonesia, model motornya adalah model lama, tapi masih terbilang baru untuk disana. Nggak heran, jalanan lenggang banget.

Akhirnya sampai di Bangi untuk makan sore. Setelahnya, lanjut ke Kajang, ke rumah Kak Sarah untuk istirahat. Selama perjalanan ke rumah itu, memang lagi hujan deras. Bahkan, dekat rumah banjir. Tapi... Kak Sarah bilang, "nanti bentar-bentar udah surut, kok."
Akhirnya sampai rumah.

Sepertinya, badan ini baru rebahan di kasur sekitar 10 menit lalu Tika bilang mau pergi bareng Kak Sarah perbaiki laptop. Ikut aja, deh. Pengen jalan-jalan juga. Baru jalan beberapa meter, kita berhenti dekat stasiun kereta untuk nunggu teman Kak Sarah. Setelah dia datang, akhirnya kita berangkat ke mall.

Di mall, kita salat. Seperti yang diketahui, Malaysia ini memang agamanya cukup kuat apalagi Islam. Memang, sejak di bandara pun yang gue liat semuanya pakai kerudung. Bahkan waktu makan sore pun, maktuo bilang kalau disana rata-rata pakai kerudung semua. Kalau nggak pakai kerudung sering disangka non-Muslim... Gue biasa-biasa aja, sih. Ya toh gue memang nggak pakai kerudung. Gue nggak mau terpaksa pakai karena keadaan memaksanya.
Dan memang gue jarang liat orang yang nggak pakai kerudung. Merasa asing. Sumpah. Gue bilang lagi. Asing. Gue bingung, MANA NIH ORANG-ORANG YANG NGGAK PAKE KERUDUNG?!


Jadi, gue mau wudhu. Pandangan orang-orang ke gue sama Tika udah agak lain. HAHAHA karena nggak pakai kerudung itu, mungkin. Tapi bodo amat, ya. Lanjut aja. Toh gue mau ibadah.

Gue ngomong ke Tika, "kita ini muslim atau bukan ya kalau disini hahaha serasa bukan muslim."
Gue wajar aja sama budaya disini yang memang begitu.
Kalau kata mama, semoga secepatnya gue dapat hidayah buat pakai kerudung.

HAHAHA.
------------
Kayaknya hampir 1 jam lebih kita disana. Gue serasa anak Malaysia banget hahaha masya allah rif jangan norak.

Ah, memang lagi musim hujan. Malaysia hujan malam itu. Good night. Semoga menjadi liburan yang menyenangkan.

-to be continued-

Selasa, 30 Desember 2014

Berlibur ke Negeri Jiran; Rencana

Kak, mau nggak pergi liburan Desember ini ke KL?
Gue masih ingat banget mama nanya ke gue sama adek waktu kita berdua lagi ngerjain tugas seni budaya ((demi mendapatkan nilai hahaha)). KUALA LUMPUR? Sontak gue sama Tika langsung lebay banget responnya. Kayak gini:

MAU LA(100x)H!



Maklum, ini adalah liburan ke luar negeri pertama buat gue dan adek-adek.

Tapi biasanya, papa sama mama cuma rencana-rencana doang. Btw, ngajak ke KL itu mungkin sudah rencana ke 5x nya.

Kak, mau ke KL, nggak?
Kak, ayo ke KL.
Kak, ayo minta ke papa buat pergi ke KL.
Kak, emang kalian nggak mau ke KL?
Kak, mau ke KL, nggak?

Gue sampai pusing sendiri. Masalahnya, siapa, sih, yang nggak mau pergi ke KL? Gue malah pengen banget, yang penting ke luar negeri. 

Sebenarnya masalah terbesar yang gue pikirin cuma......emang ada duit? Gue awalnya cuma tau liburan desember ini maunya ke Jakarta, bukan ke KL. Tapi jawaban mereka, "ya, liat-liat dulu lah. Kalau ada duitnya nanti kita pergi." 
Tapi, tau-tau mama nawarin ke KL, siapa yang mau nolak, sih? 

Mari lupakan pertikaian Malaysia-Indonesia yang sebenarnya hanyalah terjadi di beberapa pihak yang terlalu terprovokasi.
------------
Setelah mama pergi ke kamarnya, gue sama Tika masih heboh sendiri. 

Asik, ke luar negeri!

Sebenarnya, jikalah kami ditanya begini;
"mau ke luar negeri pertama kalinya kemana?"
Jawabannya;
"maunya umrah dulu. Lalu nanti pergi ke negara lainnya."

Namun, mungkin rencana cuma rencana doang. Ternyata rencana terdekat yang mendekati kenyataan malahan ke Negeri Jiran. 

Tingkat kekepoan gue memang cukup tinggi. Gue lari ke kamar orang tua. Mereka lagi telpon seseorang... Maktuo. Iya, orangtua gue lagi telpon Maktuo ((sepupu mama, perempuan, tapi gue panggilnya maktuo)) . Gue cuma nguping doang. Lalu mereka menyudahi pembicaraan...
Lalu, papa nanya, "kalian mau nggak ke KL?" gue harus jawab apa? Gue orangnya terserah-papa-aja. Kalau jadi ya jadi, kalau enggak ya enggak. Nggak mau neko-neko.

Sebenarnya, gue cukup berharap untuk desember ini nggak pergi kemana-mana. Gue pikir, gue mau UAS. Gue punya PR yang harus gue kerjakan. Tidak pergi kemana-mana saja mungkin PR tidak tersentuh apalagi kalau pergi liburan? Gue mikirin ke arah sana. Tapi, gue mau refreshing sebelum UAS dan UAN. Maafin, Rifa banyak maunya.

Mama nyuruh gue liat-liat harga tiket Balikpapan-KL. Akhirnya gue cari. Tapi mahal-mahal, bo! ((gue carinya ke maskapai Lion Air dan Garuda Indonesia hahaha bego)) Ya kali harga tiket sampai 1-jutaan. Nggak, bercanda, ding. Namanya juga ke luar negeri, ya. Pasti mahalan dikit daripada penerbangan domestik #duh
Pokoknya sore hari itu ((iya, kejadian ini terjadi di sore hari)) kita semua bikin rencana dan memantapkan. Padahal belum tentu jadi, mengingat papa adalah tipikal orang yang sering PHP......
------------
Selama beberapa hari, rasanya hati ini seperti digantung di puncak monas. Kalau gue tanyain jadi-enggaknya liburan ke KL, papa dan mama cuma jawab insya allah aja. Kadang malahan dijawabnya nggak-jadi atau nggak-usah-aja-ya...

Beberapa hari setelah itu, sebelum gue dan adek-adek mau sumatif, ternyata papa mewujudkan liburan ini... Dia sudah beli tiket AirAsia dari tanggal... coba tebak? 15-29 Desember. 2 MINGGU MAU NGAPAIN AJA GILSSSSSS. GUE PIKIR CUMA 3-5 HARI DOANG,
Selama ini, gue memang taunya KL cuma Menara Kembar yang sungguh mempesona itu dan Siti Nurhaliza...... Nggak, ding. Gue cuma taunya Malaysia itu kecil dan tidak banyak tempat wisatanya.

Intinya, halo Kuala Lumpur. Gue mau liburan ke negara lo, nih.


------------
Kalau ditanya sama teman-teman, "Rif, liburan kemana?" gue cuma jawabnya, "nggak liburan kemana-mana HEHEHE di Bontang aja."

Selama beberapa hari sebelum berangkat, gue nggak ngasih tau siapa-siapa. Cukup bisa dikatakan pamer kalau gue gembar-gembor,
Gue mau ke Malaysia nih, all. Dadah...
Tapi mendekati keberangkatan, paling tidak, gue, pada akhirnya, jawabnya, "mau ke Jakarta aja," atau "aku, sih, ke Balikpapan doang."
Kalau ditanya, "berapa hari, Rif?"
Yang gue jawabnya gue mau ke Jakarta, mungkin 2 minggu adalah masa yang pas.
Tapi, buat yang gue jawabnya gue mau ke Balikpapan... "2 minggu mau ngapain aja disana?" gue kicep aja #bye.

Sepertinya, orang pertama yang gue kasih tau tentang liburan ke luar negeri malahan Mia Sensei karena waktu itu ceritanya pamitan... Takut nggak ketemu lagi, gue bilang, "salim dulu Sen, takut nggak ketemu lagi." Waktu ditanya mau kemana, gue jawab dengan begonya, "mau ke luar, Sen." Lalu ditanya, "ke luar negeri, kak?" gue jawab aja dengan bingung... "iya Sen he he he." lalu ditanya lagi ampun dah Sen, "ke mana, kak?" gue jawab aja, "Malaysia, sen. He He He..."

Lalu orang kedua yang gue kasih tau adalah mbak Prima... Karena, alhamdulillah, gue keterima seleksi mahasiswa/i di Telkom, dan, pengurusan beberapa hal itu dilakukan saat gue lagi nggak di Indonesia. Mengantisipasi beberapa hal, gue kasih tau ke dia, "Prim, nanti aku blablabla" dan mengharuskan gue bilang kalau gue mau liburan ke luar negeri.

Lalu ada Candra, tapi gue sok misterius gitu, deh. "Liat aja hari Senin aku nggak di Indonesia." Tapi gue setengah bercanda gitu. Pokoknya, Rifa mencoba misterius.

Lalu ada juga yang tau karena waktu kita-kita mau ngasih sesuatu ke Sensei... Sensei nanya, "kak, kapan kamu berangkat?" lalu gue cuma jawab "besok Sen He He" lalu mbak Lita nanya ke Sensei, "mau kemana?" dijawab "ke upin-ipin". Yaudah. Mbak Lita, Salindri, dan Vina akhirnya tau kalau gue mau liburan ke luar negeri. Makasih, Sen.

Lalu... sisanya tau gue ke KL saat gue nggak sengaja ganti display picture bbm lagi di Menara Petronas.

-to be continued-

Sabtu, 13 Desember 2014

Farewell; Bahasa Jepang di Kelas X

Kali ini, aku ingin bercerita dengan serius.
---
ひまで (read: Himade) adalah salah satu ekstrakurikuler di sekolah ku, SMA Yayasan Pupuk Kaltim, yang bertemakan Jepang. Ya, di ekskul inilah kami, yang rata-rata menyukai je-jepang-an ataupun tertarik dengan je-jepang-an, berkumpul. Aku sendiri pun semenjak masuk SMA YPK telah mengikuti ekskul ini. Cukup antusias pada awalnya. Sedikit fakta, aku menyukai k-pop. Lantas apa hubungannya dengan Jepang? Tunggu dulu.

Sebenarnya, sedikit erat kaitannya antara k-pop dengan j-pop atau budaya Korea dengan budaya Jepang. Banyak sekali artis-artis Korea yang melebarkan sayap keartisannya hingga ke Negeri Sakura tersebut. Singkat cerita, aku pun tertarik pula dengan budaya Jepang yang dahulunya saat aku masih kecil sangat menggemari anime-anime nya seperti; Doraemon, Chibi Maruko-chan, dan Crayon Shinchan.

Aku sudah tahu bahwa di SMA YPK, kami, akan mempelajari Bahasa Jepang di samping Bahasa Inggris sebagai bahasa asingnya. Aku sangat senang dan mungkin sedikit berlebihan. Pertama kali aku mendapatkan buku paket Bahasa Jepang, aku sudah membuka-bukanya meskipun aku tidak paham sama sekali. Terkadang, aku membuka google dan mencari-cari tahu tentang apa itu huruf hiragana dan katakana. Ini sama halnya seperti di saat aku mempelajari huruf hangul. Otodidak aku mempelajarinya dan berujung dapat membaca huruf hangul itu sendiri. Awalnya aku berharap, aku telah dapat membaca sebagian huruf hiragana sebelum mendapatkan pelajaran Bahasa Jepang untuk yang pertama kalinya.

Banyak kabar burung dari teman-teman tentang pelajaran Bahasa Jepang. Satu yang paling dipersoalkan saat itu adalah gurunya. Namanya Mefa Sensei. Banyak yang, pada awalnya, bercerita tentang beliau bahwa beliau ini-ini-ini. Aku masih menanggapinya dengan santai bahwa mungkin itu adalah cara mengajar beliau. Aku pernah mendapatkan cerita dari adik ku, yang satu angkatan dengan ku, bahwa ia pernah tidak diperbolehkan masuk oleh Mefa Sensei karena datang terlambat. Tidak hanya sendiri, namun adik ku bersama dua orang lainnya. Mereka bercerita bahwa Mefa Sensei adalah orang yang heboh. Saat itu, kata-kata "kamseupay" sedang trend dan beliau menyebut kata tersebut. Di kelas adik ku pun, ia berlagak seperti princess. Setiap ia masuk ke kelas, maka satu kelas akan memperlakukannya layaknya seorang ratu. Dari kisah itu, aku dapat menyimpulkan bahwa guru ini unik. 

Kelas ku memang mendapatkan pelajaran Bahasa Jepang pada hari Jum'at yang dimana sering terjadi banyak acara di hari itu atau hari libur pada hari tersebut. Mungkin disaat teman-teman ku dari kelas lain telah dua kali mendapatkan pelajaran Bahasa Jepang, aku belum mendapatkannya sama sekali. Hingga pada akhirnya aku mendapatkan pelajaran Bahasa Jepang untuk yang pertama kalinya.

Benar saja, guru ini memang sangat unik. Banyak anak yang awalnya tidak menyukai beliau. Namun aku mencoba untuk tidak tidak-menyukainya. Berpikir positif saja, aku sedang belajar pelajaran yang cukup membuatku antusias. Jikalau aku terlanjur tidak menyukai gurunya, maka nantinya akan berdampak pada bagaimana aku menyerap pelajaran yang ia beri.

Di hari pertama mendapatkan pelajaran Bahasa Jepang, disitulah aku pertama kali bertanya pada beliau. Aku masih ingat betul, ia menyuruh kami untuk membeli buku kotak mandarin dan satu kelas harus bersampul sama dan buku tersebut harus tertulis nama kami dengan huruf katakana. Karena sebelumnya aku sudah pernah mencari-cari tentang huruf hiragana dan katakana, maka aku tahu bahwa tak ada suku "fa" pada huruf tersebut. Sehingga aku menimbulkan sebuah pertanyaan, "Sensei, tidak ada kata fa pada huruf katakana. Maka aku harus menuliskannya bagaimana?" Harapan ku akan jawaban beliau sebenarnya sangat baik, namun tahukah apa yang ia jawab? "Hm, cari sendiri, dong!" Memang unik. Aku pun tak menaruh kesal.

Setiap minggunya, aku selalu berusaha untuk serius namun santai di setiap pelajarannya. Terkadang, aku selalu menginginkan satu harapan pada setiap guru, bahwa aku bukanlah siswanya yang ia tak suka. Sehingga aku selalu bersikap sopan dan bertingkah seperti seharusnya. Pikirku, dengan demikian maka hubungan ku dengan guru tentu akan baik dan akan membantu ku jika aku dalam kesulitan. 

Pada suatu hari, Mefa Sensei masuk ke kelas ku memberikan selembaran. Selembaran itu untuk mendata siapa-siapa yang ingin mengikuti ekskul Himade. Lantas, aku langsung menyerbu kertas tersebut dan menuliskan nama ku.

Berawal dari ekskul tersebut, aku semakin mengenal Mefa Sensei lebih dekat. Ternyata ia dapat dikatakan terlalu berbeda seperti ia yang berada di kelas. Di ekskul, ia sangat mendengarkan cerita-cerita kami. Tak heran, ia menjadi tempat curhat yang paling nyaman. Karena itu, jikalau di kelas, aku dan Sensei dapat dikatakan cukup dekat. Dapat dikatakan pula, aku adalah kaki tangannya. Aku senang dan merasa bangga akan hal tersebut. Setidaknya aku diberi kepercayaan. Di setiap akhir semester, beliau menyuruh kami untuk menuliskan kosakata-kosakata dari bab-bab yang kami pelajari selama semester tersebut dan dihapalkan lantas disetor kepadanya. Namun satu yang membuat ku bangga adalah aku menjadi kaki tangannya. Ia membebaskan ku dari menghapal 100 kosakata namun aku harus menjadi penggantinya jikalau anak-anak ingin menghapal karena anak-anak akan satu-per-satu menghapal 100 kosakata pada ku.

--to be continued--

Rifa Nadiah Rahmaidar Purba
12 Desember 2014

Senin, 08 Desember 2014

Sumatif kali ini... membelakangi papan tulis.

Entah apa maksudnya sumatif kali ini diterapkan peraturan membelakangi papan tulis. Tentunya memiliki maksud.

Ada yang berspekulasi untuk menghindari kecurangan dalam menjawab soal dan ada pula agar diawasi oleh cctv yang sebenarnya, saya rasa, tidak begitu berguna pula karena, toh, ada guru pengawas yang mengawasi di depan. (untuk kasus ini, guru pengawas berada di belakang siswa)

Jauh sebelum ini, antara ingatan saya yang salah ataukah hanya imajinasi saja, dulu pernah hampir diterapkan hal seperti ini; sumatif membelakangi papan tulis. Awalnya, saya sedikit terkaget-kaget dan menganggap ini adalah hal lucu. Toh, memang lucu karena tidak biasa. Teman-teman hanya bereaksi "hah?!" dan semacamnya yang dimana menunjukkan ekspresi kaget terheran-heran.

Tapi rupanya tidak terealisasi juga. Namun untuk kali ini, hal itu terjadi.

Saya biasa saja. Jikalah alasan "aduh, nggak bisa nyontek," pun tak berpengaruh besar ke diri saya. Karena saya, membiasakan diri, tidak menyontek untuk hal-hal penting seperti ini. Saya hanya ingin membuat diri saya bertindak jujur saja. Tidak lebih dari itu. Masalah bisa atau tidak bisa mengerjakan, saya tak begitu pusingkan. Karena saya pikir, lebih baik saya jujur namun tidak bisa menjawab daripada saya tidak jujur tapi saya bisa menjawab. Sungguh sebuah tindakan yang tidak baik saya rasa. 

Namun, tentu lah, hal-hal seperti mencontek tetap tak bisa dihindari oleh sebagian dari mereka.

Mungkin.

Saya yakin masih ada.

Rabu, 08 Oktober 2014

Monyet Pantat Merah dan Keluarga

Hari ini, Rabu pada tanggal 8 Oktober.

Seusai les bahasa inggris jam setengah 6, gue dan adek (baca: Tika) bersama temen (baca: Dita) berencana pergi membeli minuman. Kebetulan, gue ngendarain mobil. Temen gue bilang:

"Evi juga (ikut), kak." 

Pada akhirnya, kita jemput Evi.

Setelahnya, gue lewat gorong-gorong. Pikir gue, kalau lewat sana nanti, pokoknya rute jalannya bakal enak banget nggak harus lewat lampu merah, kalaupun kena, sebenarnya bisa langsung belok. Begitulah...

Dari rumah Evi mau ke gorong-gorong tuh... turun doang. Gue liat ada mas-mas berdiri di tengah jalan. Evi langsung bilang "ada monyet, kak!" dan benar aja, gue liat sudah ada monyet pantat merah dan keluarga di tengah jalan dan ada motor tergeletak di tengah jalan. 

AH,
mungkin itu motornya mas-mas.

Tika, Dita, Evi, dan gue udah "sedikit" panik. Gue sejatinya berniat kabur dengan cara mundur dan... ya kabur...
Tapi, tiga cewek-cewek ini mau bantu mas-mas nya. Alhasil, gue mencoba mundur dan parkir di tepi jalan.
Adek gue buka kaca jendela, lalu mas-mas nya menghampiri kita gitu, sih... "udah dek, maju aja nggak apa-apa." Pasti lah ini taktik mas nya biar nanti monyetnya kabur, kan... dan dia bisa meraih motornya kembali yang tergeletak jatuh di tengah jalan (bener-bener posisinya di tengah jalan). Gue, sebagai yang mengendarai mobil udah geter-geter  kakinya. GUE JUGA PANIK. GUE JUGA TAKUT. Tapi, karena tiga cewek-cewek ini udah teriak-teriak "AYO KAK UH KASIAN NAH AKU PENGEN NANGIS KASIAN MAS NYA," akhirnya, gue, 3:1, kalah. Oke.

Bismillah...

Setidaknya mobil gue masih bisa lewat.

TAPI MONYETNYA MASIH DI TEMPAT.

ANJ--- *sinyal hilang*

Mas nya masih berdiri di belakang sana... Mau ditinggal juga nggak enak. Akhirnya gue parkir di pinggir jalan (lagi). Lagi-lagi, 3 cewek-cewek memang sepertinya punya niat yang besar buat bantu si mas-nya ini. Gue manut aja... Posisi gue ada di pinggir jalan pertigaan. KEBETULAN ada bapak-bapak yang liat kejadian ini, akhirnya kita minta bantuan.

Adek gue ngomong sama si Bapak dengan nada melas, "Om, disana ada yang motornya jatuh dikejar monyet." Lalu, nggak jauh dari tempat kita lagi ngomong sama si Bapak ini, ada banyak juga mas-mas karyawan PKT yang muda-muda ngeliatin. Yaudah, sih, bapak-bapak ini kayaknya malah minta bantuan sama si mas-mas karyawan......

Akhirnya ada satu mas-mas yang langsung ke TKP tadi, ambil ranting, dan beraksi. Gue coba mundur, lalu ngikutin mas-mas tadi. Fungsi gue disini adalah... Klakson.

Mas karyawan nyuruh gue klakson, kan. Tujuannya, ya apalagi, agar monyet-monyet ini kabur. EH MALAH NGEJAR...................................................................................

Gue sama Dita Tika Evi di dalam mobil cuma teriak-teriak nggak jelas. Kenceng banget teriaknya, "KYA KYA KYA" sampe-sampe mas nya sempat noleh ke arah mobil kita. Mungkin dikiranya, "ada apa sih di dalam mobil kok teriak-teriak?" 
GUE IKUTAN MUNDUR padahal posisi gue sama Dita Tika Evi termasuk sangat-sangat aman, yaitu di dalam mobil. TAPI GUE PANIK. KAKI GUE MAKIN GETAR-GETAR.

Kita melakukan mundur-klakson-mundur-klakson sekitar 3 kali. Semakin banyak pula mas-mas karyawan yang membantu.

Gue cuma bisa liat dari belakang aja. Standby di belakang kalau sewaktu-waktu disuruh nge-klakson. Tapi semakin banyak juga mobil yang membantu. 

Mereka-mereka ini berusaha buat mengusir monyet, tapi malah dikejar dan mereka lari. :| :| :|

Kayak anak-anak yang dikejar setan. Lucu sih liatnya...

Dan pada akhirnya, setelah hampir 30 menit atau lebih, monyetnya bisa diusir juga. Entahlah bagaimana mereka mengusirnya, kita-kita di dalam mobil asik-asik teriak. Entah ada yang teriak-teriak karena takut ngeliatnya atau mungkin karena ngeliat mas-mas nya beraksi…

Akhirnya, motor mas-nya yang jatuh tadi sudah bisa di ambil dan bisa dinyalakan dan dikendarakan.

ALHAMDULILLAH…

Akhirnya.

Setelah itu, mas nya pergi, dan sempat bilang terima kasih. Evi, antara cari kesempatan atau memang ingin bertanya, bertanya “mas, duitnya yang jatuh sudah diambil?” :) 

Setelah itu, kita pergi ke Koperasi beli minuman.

Tapi ada yang belum selesai,
Kaki gue masih getar-getar.

Rabu, 02 Juli 2014

Aku dan Kamu, Sama-sama Manusia.

Aku dan kamu, kita sama-sama manusia, bukan? Kita tidak ada bedanya, kan?
sometimes gue sadar siapa gue sebenarnya. gue cuma manusia. iya, gue memang dilahirkan sebagai manusia. semua juga tau itu. aku, kamu, kita, semua yang baca ini, pasti manusia.

dan gue tau porsi gue sebagai manusia untuk "mengagungkan" sesama manusia lainnya.

gue ini, hanya seorang fangirl.

-

sebagian waktu gue dihabiskan buat fangirling. source: here
ada beberapa dari mereka yang gue idola-kan. gue kagum sama mereka, gue bangga sama mereka. intinya gue mengidolakan mereka.

disaat gue bener-bener lagi mengagumi itu, gue lupa akan batas. gue terlalu mengagumi, sampai kadang-kadang lupa, kalau gue bisa saja seperti mereka. 
lagi-lagi, aku dan kamu, sama-sama manusia.

gue terlalu memuji-muji mereka, gue terlalu meninggikan mereka.
sampai-sampai, terkadang gue suka bingung sendiri, Tuhan sebegitu hebatnya bisa menciptakan mereka sedemikian rupa, dan gue bukan iri, hanya saja gue kagum.
lagi-lagi, aku dan kamu, sama-sama manusia.

sebagian mereka yang gue idola-kan adalah wanita.
and then, disaat gue benar-benar sedang mengagumi mereka like
ya, mereka cantik sekali. sempurna.
mungkin menurut sebagian dari kalian yang merasa aneh melihat perempuan mengidolakan perempuan bakal mikir aneh-aneh. seriously, masih banyak yang mikir gini. 
gue cuma kagum aja. kalaupun ada cowok ganteng juga bakal gue bilang, "astaga, ganteng."
kalau memang cantik, gue bakal bilang cantik. kalau memang ganteng, gue bakal bilang ganteng. dan gue terlalu kagum akan hal ini.
lagi-lagi, aku dan kamu, sama-sama manusia.

-

kadang gue ingin membatasi diri untuk tidak terlalu over disaat gue benar-benar sedang mengagumi mereka. di depan layar komputer, buka-buka foto mereka, lalu gue berdecak kagum, gue mau batasi ini, jangan sampai kelewatan. but i can not. yeah, i can't

ini sulit.

gue nggak bisa.

dan terkadang gue nggak ngerti sama diri sendiri.

mereka manusia, gue juga manusia.
mereka memang idola, tapi tidak juga di-idola-kan terlalu berlebihan.

haruslah masih dalam porsi nya.

aku dan kamu, sama-sama manusia.

mungkin gue hanya merasa, apa yang gue lakukan terkadang melampaui batas.
that's it.

-

lagipula, aku ini juga manusia, dan kamu begitu.
kita tidak ada bedanya.
lalu,
apa yang membedakan?
pasti ada.

-

2:45 PM
2 Juni 2014.

Rabu, 08 Januari 2014

Renungan

Renungan
Pernah nggak sih mikir “memangnya Tuhan itu bener-bener ada? Kenapa dia nggak bisa nampak? Kenapa nggak mau nampakin wujudnya?”
Pernah nggak sih mikir “kalau Tuhan nggak nampakin wujudnya, apa benar yang namanya Tuhan benar-benar ada? Gaib itu benar-benar ada atau bagaimana sebenarnya? Atau malah yang namanya Tuhan itu hanya fiktif saja?”
Pernah nggak sih mikir “kalau Tuhan itu benar-benar ada, bagaimana dia bermula? Bukankah semua yang ada di alam semesta ini memiliki permulaan? Lalu, jika Tuhan ada tanpa permulaan, apa itu masuk akal? Apa karena ingin dikatakan bahwa Tuhan memang satu-satunya yang tidak bermula? Jika Tuhan memiliki permulaan, siapakah pencipta Tuhan sesungguhnya?”
Pernah nggak sih mikir “Tuhan kenapa hebat bisa menciptakan alam semesta beserta seisi-nya seperti ini? Bagaimana caranya? Ilmu apa yang dia pelajari? Tidak ada yang bersamanya selain malaikat. Tapi malaikat itu siapa sih? Bagaimana Tuhan menciptakan malaikat?”
Pertanyaan kayak gitu sering banget terpikir. Kalau lagi bengong, mikir lagi. Kalau lagi belajar agama, mikir lagi.
Kita memang ada karena Tuhan. Tapi Tuhan sendiri ada karena siapa? Karena gue sendiri masih suka berpikir, “semua yang ada di alam semesta ini memiliki permulaan.” Tapi harus sadar, Tuhan tidak demikian.
“Tuhan tidak di-per-anak-an.”
Sampai kapan-pun, jawabannya hanya satu. “Tuhan tidak di-per-anak-an.” Tidak ada jawaban pasti. Tapi bagaimana jika masih penasaran? Dengan akal sehat pun, tidak akan pernah menemukan jawabannya.
Lalu, dimana Tuhan sekarang berada? Berada di satu tempat yang tersembunyi di alam semesta atau dimana, kah?
Bagaimana cara Tuhan menciptakan semua yang ada di alam semesta ini?
Sendiri.
Beribu-ribu tahun lalu.
Bagaimana dia bisa ada pada beribu-ribu tahun itu? Dengan cara apa?
Lalu, mengapa hanya di Bumi dia mengadakan makhluk hidup-nya? Manusia, hewan, tumbuhan? Kenapa harus di Bumi? Kenapa Bumi yang dipersiapkan?
Rahasianya tidak bisa dipecahkan. Biarkan menjadi pertanyaan makhluknya.
Dia sendiri yang tau jawabannya.
8 Januari 2014

Minggu, 05 Januari 2014

But, seriously...

Kadang gue mikir, orang bisa nyanyi itu bukan diliat dari teknik dia bernyanyi, tapi dari jenis suara dia termasuk nyaman didengar apa tidak.  
Tadi pagi, tiba-tiba gue ngetweet kayak gitu.

Sadar nggak sih kalau seorang penyanyi pasti memiliki modal suara yang sudah enak untuk didengar? Masalah bagaimana dia bisa menyanyi dengan baik, bisa diurus belakangan.

Selama ini lagu yang gue yang dengar nggak jauh dari lagu-lagu berbahasa Korea atau Jepang. Malah, merambah ke bahasa China. Dari sekian banyak penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu tersebut, mereka memiliki karakteristik tersendiri. Misalkan SISTAR Hyorin. Gue suka lagu-lagu di album dia Love & Hate. Materi lagunya berbobot. Intinya, memang bagus. Tapi lagu-lagu itu memang pasti bakal enak didengar hanya jika Hyorin yang menyanyikan. Kalau orang lain yang bawain, mungkin kurang cocok kali ya. Itu sama seperti lagu-lagu Raisa. Could It Be Love cuma Raisa aja yang enak bawainnya. Kalau sudah orang lain, mungkin bakal enak, tapi nggak ada yang bisa ngalahin Raisa.

Hyorin sendiri sudah punya suara yang serak. Itu berkarakter sih kalau menurut gue. Seraknya bukan serak karena sakit, tapi memang sudah serak. Dia ngomong aja udah enak, gimana kalau nyanyi. Kalau gue bandingkan dengan Soyu, sudah jelas kalah. Tipikal suara Soyu itu yang biasa banget, tapi kalau nyanyi jatuhnya nggak biasa. Berkarakter? Lebih berkarakter Hyorin.

Misal di SNSD, penyanyi utama ada Taeyeon, Jessica, Tiffany, Seohyun, Sunny. Lima orang ini suaranya yang bagus-bagus di SNSD. Hyoyeon, Sooyoung, Yoona, dan Yuri? Biasa banget. Jatuhnya memang sangat-sangat biasa. Malah menurut gue, sebenarnya mereka nggak bisa nyanyi. Suara mereka bukan nggak enak, bukan juga nggak berkarakter, tapi kalau nyanyi, jatuhnya sangat biasa. Ambil contoh, Hyoyeon dan Yoona. Kalau gue pribadi sebagai seorang fans dari SNSD, kurang suka sama suara mereka berdua waktu nyanyi. Gue juga nggak ambil pusing kalau mereka bukan penyanyi utamanya, melainkan dancer utama. Memang mereka keahliannya di sana, apalagi Hyoyeon. 

Terkadang teknik dalam bernyanyi bisa menjadi nomor dua.

Taeyeon dan Jessica, dua penyanyi utama SNSD yang suaranya memang benar-benar gue suka. Taeyeon punya suara yang halus sedangkan Jessica punya suara yang cenderung kasar. Tapi itu berkarakter. Lagi-lagi masalah karakter. Justru kalau berkarakter, itu yang dicari karena nggak biasa. Mereka sudah punya suara yang enak dan berkarakter, ditambah dengan teknik menyanyi yang mereka kuasai, itu menjadi nilai plus tersendiri. Nggak salah kalau mereka jadi dua penyanyi utama di SNSD.

Tadi gue bilang, teknik dalam bernyanyi bisa menjadi nomor dua. Kenapa?

Gue kurang suka sama orang yang bernyanyi dengan teknik yang dominan. Menyanyi harus begini dan harus begini. Definisi berteknik menurut gue mungkin bisa berbeda dengan teknik yang dipikir orang lain.

Gue suka Widy Vierra. Tapi suara dia biasa banget. Nggak berkarakter, sih. Kalau nyanyi, jatuhnya biasa. Tapi dia punya teknik bernyanyi yang baik. Makanya, jatuhnya lagi-lagi biasa.

Bedakan antara orang yang sudah punya suara enak didengar dengan yang tidak mempunyai suara enak didengar.
Orang yang punya suara enak didengar tapi nggak punya teknik menyanyi, jatuhnya biasa.
Orang yang tidak punya suara enak didengar tapi nggak punya teknik menyanyi, ini hancur.
Orang yang punya suara enak didengar tapi punya teknik menyanyi, ini bagus.
Orang yang tidak punya suara enak didengar tapi punya teknik menyanyi, ini biasa.

Menyanyi itu dari hati, mengalir begitu saja. Ornamen-ornamen yang ditambah juga jangan terlalu banyak karena cenderung 'lebay' ((gue nonton Indonesian Idol waktu itu dan ada yang begini. Jadinya dia gagal lolos.)) mungkin karena tekniknya terlalu dia masukkan.

But, seriously...

Ini hanya pendapat dari gue. Setiap orang punya pendapat masing-masing. 
Dan ada dimana orang merasa perlu mengutarakan pendapat.

Rifa Nadiah Rahmaidar Purba.

Rabu, 01 Januari 2014

Segelintir Kisah Perjalanan 14-21 Desember Episode 3.

Selamat tahun baru, semuanya.

hari kelima.

kami bangun seperti biasa dan bergegas sarapan. kami akan berangkat ke ITB.

setelah dari ITB, kami pergi ke Tangkuban Perahu dari jam 2 sampai setengah 3 aja. lalu kami melanjutkan perjalanan ke Semarang dan sampai Semarang sekitar jam 2 malam.... Lama. Iya banget.

di Indramayu, sekitar jam setengah 7, kita turun untuk makan. entahlah ini makan sore atau makan malam. di Pringsewu. hehehehehehehehehehehe. 

gaya bicara santai mode on
waktu itu gue ke WC bareng temen. lalu gue balik ke meja makan gue dan di sana tiba-tiba ada om pelayannya nawarin minum tapi untuk yang berulang tahun bulan November-Desember. GUE OKTOBER OM. lalu om nya ketawa gitu "hehe mbak nya Oktober, sih" oh, oke.. padahal tenggorokan gue butuh di aliri air banget waktu itu.
dan setelahnya ternyata yang berulang tahun bulan November-Desember di foto gitu HAHAHA untung aja...
gaya bicara santai mode off

hari keenam.

setelah sampai Semarang jam 2 malam, kita masuk ke kamar masing-masing. kebetulan ber-4 gitu. faktor banyak orang kali ya di kamar, kita jadi ngerumpi. padahal jam 6 udah harus siap-siap juga. GUE PIKIR BAKAL BERANGKAT JAM 9 GITU ternyata enggak. kasian banget sih padahal baru sampai jam 2 malam juga. tidur jam setengah 5.

akhirnya jam 8 pagi kita checkout dan berangkat ke UNDIP. setelahnya ke Lawang Sewu. SEMARANG HUJAN.

lalu kita berangkat ke Jogja dan sampai Jogja jam 7 malam. jadi kita ini istirahatnya cuma di Bis dan sampai Jogja langsung ke Malioboro karena hotel kita deket banget sama Malioboro. jalan keluar gang dikit bener-bener udah Malioboro. sumpah. cek aja nama hotelnya WHIZ.

hari ketujuh.

kebetulan sekali yang dari jalur timur juga nginap di Whiz jadi kita ketemuan di sini. memang sengaja, kok. soalnya kita mau ke UGM dan UNY.

setelah dari sana, kita ke Dagadu. HORE.................................

malamnya ke Malioboro lagi. HAHA. enggak sih, gue nya di hotel. mau istirahat plus packing.

hari kedelapan.

PULANG HORE.

sampai Bontang jam setengah 9 malam.