Rabu, 08 Januari 2014

Renungan

Renungan
Pernah nggak sih mikir “memangnya Tuhan itu bener-bener ada? Kenapa dia nggak bisa nampak? Kenapa nggak mau nampakin wujudnya?”
Pernah nggak sih mikir “kalau Tuhan nggak nampakin wujudnya, apa benar yang namanya Tuhan benar-benar ada? Gaib itu benar-benar ada atau bagaimana sebenarnya? Atau malah yang namanya Tuhan itu hanya fiktif saja?”
Pernah nggak sih mikir “kalau Tuhan itu benar-benar ada, bagaimana dia bermula? Bukankah semua yang ada di alam semesta ini memiliki permulaan? Lalu, jika Tuhan ada tanpa permulaan, apa itu masuk akal? Apa karena ingin dikatakan bahwa Tuhan memang satu-satunya yang tidak bermula? Jika Tuhan memiliki permulaan, siapakah pencipta Tuhan sesungguhnya?”
Pernah nggak sih mikir “Tuhan kenapa hebat bisa menciptakan alam semesta beserta seisi-nya seperti ini? Bagaimana caranya? Ilmu apa yang dia pelajari? Tidak ada yang bersamanya selain malaikat. Tapi malaikat itu siapa sih? Bagaimana Tuhan menciptakan malaikat?”
Pertanyaan kayak gitu sering banget terpikir. Kalau lagi bengong, mikir lagi. Kalau lagi belajar agama, mikir lagi.
Kita memang ada karena Tuhan. Tapi Tuhan sendiri ada karena siapa? Karena gue sendiri masih suka berpikir, “semua yang ada di alam semesta ini memiliki permulaan.” Tapi harus sadar, Tuhan tidak demikian.
“Tuhan tidak di-per-anak-an.”
Sampai kapan-pun, jawabannya hanya satu. “Tuhan tidak di-per-anak-an.” Tidak ada jawaban pasti. Tapi bagaimana jika masih penasaran? Dengan akal sehat pun, tidak akan pernah menemukan jawabannya.
Lalu, dimana Tuhan sekarang berada? Berada di satu tempat yang tersembunyi di alam semesta atau dimana, kah?
Bagaimana cara Tuhan menciptakan semua yang ada di alam semesta ini?
Sendiri.
Beribu-ribu tahun lalu.
Bagaimana dia bisa ada pada beribu-ribu tahun itu? Dengan cara apa?
Lalu, mengapa hanya di Bumi dia mengadakan makhluk hidup-nya? Manusia, hewan, tumbuhan? Kenapa harus di Bumi? Kenapa Bumi yang dipersiapkan?
Rahasianya tidak bisa dipecahkan. Biarkan menjadi pertanyaan makhluknya.
Dia sendiri yang tau jawabannya.
8 Januari 2014

Minggu, 05 Januari 2014

But, seriously...

Kadang gue mikir, orang bisa nyanyi itu bukan diliat dari teknik dia bernyanyi, tapi dari jenis suara dia termasuk nyaman didengar apa tidak.  
Tadi pagi, tiba-tiba gue ngetweet kayak gitu.

Sadar nggak sih kalau seorang penyanyi pasti memiliki modal suara yang sudah enak untuk didengar? Masalah bagaimana dia bisa menyanyi dengan baik, bisa diurus belakangan.

Selama ini lagu yang gue yang dengar nggak jauh dari lagu-lagu berbahasa Korea atau Jepang. Malah, merambah ke bahasa China. Dari sekian banyak penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu tersebut, mereka memiliki karakteristik tersendiri. Misalkan SISTAR Hyorin. Gue suka lagu-lagu di album dia Love & Hate. Materi lagunya berbobot. Intinya, memang bagus. Tapi lagu-lagu itu memang pasti bakal enak didengar hanya jika Hyorin yang menyanyikan. Kalau orang lain yang bawain, mungkin kurang cocok kali ya. Itu sama seperti lagu-lagu Raisa. Could It Be Love cuma Raisa aja yang enak bawainnya. Kalau sudah orang lain, mungkin bakal enak, tapi nggak ada yang bisa ngalahin Raisa.

Hyorin sendiri sudah punya suara yang serak. Itu berkarakter sih kalau menurut gue. Seraknya bukan serak karena sakit, tapi memang sudah serak. Dia ngomong aja udah enak, gimana kalau nyanyi. Kalau gue bandingkan dengan Soyu, sudah jelas kalah. Tipikal suara Soyu itu yang biasa banget, tapi kalau nyanyi jatuhnya nggak biasa. Berkarakter? Lebih berkarakter Hyorin.

Misal di SNSD, penyanyi utama ada Taeyeon, Jessica, Tiffany, Seohyun, Sunny. Lima orang ini suaranya yang bagus-bagus di SNSD. Hyoyeon, Sooyoung, Yoona, dan Yuri? Biasa banget. Jatuhnya memang sangat-sangat biasa. Malah menurut gue, sebenarnya mereka nggak bisa nyanyi. Suara mereka bukan nggak enak, bukan juga nggak berkarakter, tapi kalau nyanyi, jatuhnya sangat biasa. Ambil contoh, Hyoyeon dan Yoona. Kalau gue pribadi sebagai seorang fans dari SNSD, kurang suka sama suara mereka berdua waktu nyanyi. Gue juga nggak ambil pusing kalau mereka bukan penyanyi utamanya, melainkan dancer utama. Memang mereka keahliannya di sana, apalagi Hyoyeon. 

Terkadang teknik dalam bernyanyi bisa menjadi nomor dua.

Taeyeon dan Jessica, dua penyanyi utama SNSD yang suaranya memang benar-benar gue suka. Taeyeon punya suara yang halus sedangkan Jessica punya suara yang cenderung kasar. Tapi itu berkarakter. Lagi-lagi masalah karakter. Justru kalau berkarakter, itu yang dicari karena nggak biasa. Mereka sudah punya suara yang enak dan berkarakter, ditambah dengan teknik menyanyi yang mereka kuasai, itu menjadi nilai plus tersendiri. Nggak salah kalau mereka jadi dua penyanyi utama di SNSD.

Tadi gue bilang, teknik dalam bernyanyi bisa menjadi nomor dua. Kenapa?

Gue kurang suka sama orang yang bernyanyi dengan teknik yang dominan. Menyanyi harus begini dan harus begini. Definisi berteknik menurut gue mungkin bisa berbeda dengan teknik yang dipikir orang lain.

Gue suka Widy Vierra. Tapi suara dia biasa banget. Nggak berkarakter, sih. Kalau nyanyi, jatuhnya biasa. Tapi dia punya teknik bernyanyi yang baik. Makanya, jatuhnya lagi-lagi biasa.

Bedakan antara orang yang sudah punya suara enak didengar dengan yang tidak mempunyai suara enak didengar.
Orang yang punya suara enak didengar tapi nggak punya teknik menyanyi, jatuhnya biasa.
Orang yang tidak punya suara enak didengar tapi nggak punya teknik menyanyi, ini hancur.
Orang yang punya suara enak didengar tapi punya teknik menyanyi, ini bagus.
Orang yang tidak punya suara enak didengar tapi punya teknik menyanyi, ini biasa.

Menyanyi itu dari hati, mengalir begitu saja. Ornamen-ornamen yang ditambah juga jangan terlalu banyak karena cenderung 'lebay' ((gue nonton Indonesian Idol waktu itu dan ada yang begini. Jadinya dia gagal lolos.)) mungkin karena tekniknya terlalu dia masukkan.

But, seriously...

Ini hanya pendapat dari gue. Setiap orang punya pendapat masing-masing. 
Dan ada dimana orang merasa perlu mengutarakan pendapat.

Rifa Nadiah Rahmaidar Purba.

Rabu, 01 Januari 2014

Segelintir Kisah Perjalanan 14-21 Desember Episode 3.

Selamat tahun baru, semuanya.

hari kelima.

kami bangun seperti biasa dan bergegas sarapan. kami akan berangkat ke ITB.

setelah dari ITB, kami pergi ke Tangkuban Perahu dari jam 2 sampai setengah 3 aja. lalu kami melanjutkan perjalanan ke Semarang dan sampai Semarang sekitar jam 2 malam.... Lama. Iya banget.

di Indramayu, sekitar jam setengah 7, kita turun untuk makan. entahlah ini makan sore atau makan malam. di Pringsewu. hehehehehehehehehehehe. 

gaya bicara santai mode on
waktu itu gue ke WC bareng temen. lalu gue balik ke meja makan gue dan di sana tiba-tiba ada om pelayannya nawarin minum tapi untuk yang berulang tahun bulan November-Desember. GUE OKTOBER OM. lalu om nya ketawa gitu "hehe mbak nya Oktober, sih" oh, oke.. padahal tenggorokan gue butuh di aliri air banget waktu itu.
dan setelahnya ternyata yang berulang tahun bulan November-Desember di foto gitu HAHAHA untung aja...
gaya bicara santai mode off

hari keenam.

setelah sampai Semarang jam 2 malam, kita masuk ke kamar masing-masing. kebetulan ber-4 gitu. faktor banyak orang kali ya di kamar, kita jadi ngerumpi. padahal jam 6 udah harus siap-siap juga. GUE PIKIR BAKAL BERANGKAT JAM 9 GITU ternyata enggak. kasian banget sih padahal baru sampai jam 2 malam juga. tidur jam setengah 5.

akhirnya jam 8 pagi kita checkout dan berangkat ke UNDIP. setelahnya ke Lawang Sewu. SEMARANG HUJAN.

lalu kita berangkat ke Jogja dan sampai Jogja jam 7 malam. jadi kita ini istirahatnya cuma di Bis dan sampai Jogja langsung ke Malioboro karena hotel kita deket banget sama Malioboro. jalan keluar gang dikit bener-bener udah Malioboro. sumpah. cek aja nama hotelnya WHIZ.

hari ketujuh.

kebetulan sekali yang dari jalur timur juga nginap di Whiz jadi kita ketemuan di sini. memang sengaja, kok. soalnya kita mau ke UGM dan UNY.

setelah dari sana, kita ke Dagadu. HORE.................................

malamnya ke Malioboro lagi. HAHA. enggak sih, gue nya di hotel. mau istirahat plus packing.

hari kedelapan.

PULANG HORE.

sampai Bontang jam setengah 9 malam.