Kamis, 01 Januari 2015

Berlibur ke Negeri Jiran; Liburan Resmi Dimulai!

Selasa, 16 Desember 2014
Kira-kira jam enam pagi, gue sudah terbangun tanpa sengaja. Antara tidur yang cukup, ataukah kepanasan, ataukah karena excited. Jam enam pagi disana ternyata masih gelap banget. Bahkan, subuh disana memang jam enam. Karena terbiasa dengan suasana jam enam yang sudah terang, di Indonesia, mama malah-malah sudah sholat subuh jam lima...... Mantap, ma. Mantap sekali.
Kalau berdasar pikir-pikir bodohnya, Kuala Lumpur letaknya masih sama dengan Sumatera dan Thailand. Namun, Malaysia sendiri jamnya sama dengan WITA. Tidak heran, kenapa jam enam pagi di Kuala Lumpur masih sama gelapnya dengan jam lima pagi di Sumatera dan Thailand dan juga jam tujuh pagi di Kuala Lumpur sama terangnya dengan jam enam di Sumatera dan Thailand. 

Setelah sholat, gue tidur-tiduran sebentar lalu dibangunin Khalil buat sarapan nasi lemak. Setelah sarapan itu, gue sempat ke luar rumah cuma untuk foto suasana pagi di Kajang. Sama aja kayak di Bontang ugh.

Jadi, setelahnya sekitar jam 10-an, kita mau pergi jalan-jalan. WAAA ASIK BANGET akhirnya pergi jalan-jalan juga. Karena gue memang senang banget bawa ransel gue kemana-mana ((meskipun nggak ada isinya sekalipun)) , gue bawa semua yang harus gue bawa semacam dompet dan tongkat narsis... monopod, ding. Siapa tau mau foto-foto.

Dari rumah ke KL mungkin sekitar 30 menit. Kurang lebihnya begitu dengan kendaraan pribadi. 

Sebelum jalan-jalan jauh, ada baiknya kita isi minyak dulu. Baru masuk pom bensin, gue nggak liat ada petugas sama sekali yang kalau di Indonesia pasti penuh dengan petugas berbaju merah... Pertamina. Kalau di sana, kita isi minyak di Petronas. Akhirnya isi minyak di Petronas juga. Penasaran banget kalau di Indonesia kayaknya nggak mampu beli #duh sedih maaf orang miskin in here. Semuanya self-service. Kamu parkir mobil lo tempat isi minyak itu #duh maaf namanya apa sih. Lalu lo tinggal ke counter nya. Gue kurang ngerti juga di counter nya lo ngomong apa aja karena selama di sana saat isi minyak, gue selalu stay di mobil. Jadi, lo bayar berapa Ringgit. Terserah, sih. Kayak di sini aja, kok. Mau beli 100rb atau 150rb atau 200rb. Bebas sakkarep mu. Lalu setelah lo bayar di counter nya, lo balik lagi ke mobil lalu isi. Nanti ngisi otomatis dan stop otomatis. Canggih, ya? Iya. Kecurangan mungkin sedikit terjadi. 
Tapi bukan berarti nggak ada petugas. Ada, kok. Untuk membantu mereka-mereka yang kesusahan. Paling tidak ada satu-dua petugas. Mandiri lah yha. Semua mandiri dan serba canggih. Serba mesin. 
Positif juga kalau kayak gitu. Gue merasa ingin hal demikian diterapkan di Indonesia. Meskipun dampak negatifnya menjadikan lapangan pekerjaan berkurang. Tapi pun gue yakin masyarakat Indonesia belum mau menerapkan hal seperti itu. 
Gue harus akui, Malaysia lebih baik untuk urusan demikian.

Jadi, yang namanya tol itu dimana-mana pasti ada. Tapi yang bedanya tol di sana dengan di sini adalah sistem pembayarannya. Kalau di Indonesia, ada dua sistem pembayaran di tol. Ada yang bayar tunai dan ada yang menggunakan kartu. Kalau di sana... Hampir semuanya pakai kartu, bahkan dibagi dua; Touch n Go & SmartTag. Bukan berarti nggak ada yang bayar secara tunai, tapi kayaknya dari 6 bilik, misalnya, cuma satu yang bisa bayar secara tunai. Lagi-lagi, petugas untuk hal-hal demikian tidak ada. Lagi-lagi semuanya serba mesin. Lagi-lagi... Malaysia unggul.
Di Indonesia ada, kok. Cuma, orang-orang lebih milih bayar tunai. Padahal... Kembaliannya belum tentu sesuai. Belum tentu punya uang pas juga. Hahaha.

Lanjut lagi ke perjalanan. Kita menuju Mid Valley. Mall doang, sih. Gue pikir disana gue cuma mau nge-mall doang. Ternyata tidak. Disana, papa tukar uang Rupiah ke Ringgit dulu. Lalu gue beli kartu perdana untuk bisa berkomunikasi selama di Malaysia. Coba bayangin 2 minggu tanpa komunikasi. Mau jadi apa... Setelah diurus, akhirnya bisa bbm-an dan twitter-an lagi,
Sebenarnya gue nggak ngerti tujuan pasti kesana itu mau ngapain. Karena gue taunya saat itu gue lagi di mall, berarti yang nge-mall. Tapi ternyata enggak... Kita terus jalan sampai ke salah satu lantai lalu kita menuju luar atau ke jembatan yang mengantar kita ke bawah. Jadi, dari atas langsung turun ke bawah naik eskalator. Ini mau kemana?
------------
Nggak lama setelah itu, kita ke... Oh, stasiun kereta api. Kita beli tiket dulu untuk tujuh orang. Ada keluarga gue sama Maktuo dan Kak Sarah. Kita nunggu persis di depan loket agak lama. Nggak ngerti kenapa nunggu disitu. Kenapa nggak langsung masuk aja LOL
Tiba-tiba kerumunan orang muncul EBUSET GILA BANYAK BANGET udah kayak semut-semut raksasa. Gue liatin orangnya satu-satu. Duh, tampang orang sini ternyata gini-gini aja kayak di Surabaya. Melayu ada Chinese ada Bule juga ada India ada. Mereka keluar satu-per-satu lalu gue bisa masuk. 
Masih turun lagi ke bawah duh anjir. Kira-kira gini suasananya.


Stasiunnya bersih sekali. Btw, ini pertama kalinya gue naik kereta api. Ok, pertama kalinya naik kereta api malah di negara orang. Sambil nunggu kereta datang, kita sempet video call sama cucunya maktuo! :)))
Dari Mid Valley ini, kita mau ke KL Sentral. Nunggu keretanya cepat aja, kok. 15 menit sepertinya. Tapi disana terpampang tv yang berisi jadwal kedatangan kereta. Lumayan tepat waktu.

KERETA DATANG. Naik ke kereta harus buru-buru juga. Pintunya terbuka tidak lama. Sebentar saja. Waktu gue masuk... Nggak dapat tempat duduk. Akhirnya gue berdiri. 
Karena gue memang belum pernah naik kereta dan selama ini gue mikirnya kalau naik kereta itu bakal tenang-tenang aja, ternyata goyang-goyang juga. Gue kaget. Cepat iya, goyang iya.
Akhirnya sampai di KL Sentral. Gue pikir udah sampai ke tempat tujuan. Ternyata belum... Kak Sarah ke suatu mesin. Disana kita beli... gue liatnya token biru. Pengganti tiket kertas mungkin, ya? Pakai mesin beli tokennya. Lagi-lagi pakai mesin. Setelahnya kita langsung ke tempat menunggu kereta. Naik kereta seperti biasa saja.

Akhirnya sampai di KLCC! Kita keluar dari area stasiun lalu naik terus ke atas. Ini semacam stasiun dalam mall. Kita keluar mall lalu... ini pemandangan pertama yang gue liat. KEREN. 




Karena menyambut natal, maka ada pohon natal gede dan tinggi sekali. Banyak orang-orang berfoto di depan pohon itu termasuk... Gue.

Iseng-iseng liat ke atas...


Jadi ternyata di bawah menara ini ada mall... Gue kagum banget ngeliatnya. Keren. Pagi-pagi aja keren apalagi kalau malam-malam.




F*cking Awesome! Di tengah kota ternyata ada tempat sebagus itu. Entah itu memang sengaja didesain demikian pun tetap nggak bikin kekaguman dan keterkejutan gue berkurang. Kalau di Jakarta ada tempat yang sebagus itu, gue senang sekali.

Maaf banget kalau perasaan gue suka banding-bandingin Indonesia sama Malaysia. Tapi ini keinginan gue aja. Bagaimana pun gue mau Indonesia punya tempat-tempat sebagus itu meskipun biaya mungkin tak ada......

Karena lagi musim hujan, memang, beberapa menit kemudian setelah gue duduk-duduk menghadap kolam pancuran, tiba-tiba mendung lalu rintik-rintik hujan datang. Tetapi setelah itu langsung reda. 
Papa, sebagai orang yang baru punya handphone baru (ehem cie), jadi foto-foto terus lalu dimasukin ke facebook. #duh. Baru sehari, baru ke satu lokasi, sudah 100 foto. Padahal papa sudah berapa kali ke Malaysia tapi ternyata lebih norak daripada gue sama adek. Mungkin karena for the first time ke luar negeri bareng keluarga, kali ya? Alhamdulillah, Pa. Terima kasih sudah bisa membawa kami sekeluarga ke luar negara.

Sepertinya cukup lama berkeliling sekitar taman, lalu balik lagi ke maktuo, mama, Khalil, dan Kak Sarah yang duduk-duduk di dekat kolam. Papa sama maktuo merokok dulu.

NB: Mereka berdua selalu merokok kalau ada kesempatan xixi

Setelah puas foto-foto, kita balik ke dalam mall. Nama mallnya Suria KLCC. Kita makan di Little Penang Cafe. Cobain deh guys makan disini. Lumayan, kok.

Mee Penang Curry

Lagi pingin makan yang berkuah dan panas, jadinya pesan ini. Siapa tau enak. Rekomendasi Kak Sarah. Ternyata enak!
Setelah selesai makan, akhirnya kami balik lagi ke stasiun untuk balik ke Mid Valley. Lagi-lagi beli token biru.

Gue cukup amazed sama transportasi di KL. Ternyata mereka-mereka yang menggunakan kereta cukup banyak. Kalau kata Kak Sarah ((dia memang pemberi info)), biaya parkir di KL memang cukup mahal. Maka nggak heran, jauh dari pusat KL banyak mobil terparkir rapi. Misalnya di Kajang. Kita baru keluar dari daerah rumah Kak Sarah, sudah ada stasiun KTM. Di pinggir jalan banyak mobil terparkir. Tidak jauh dari sana ada parkiran dan sudah terisi penuh sama mobil-mobil. Memang ada resikonya. Ada satu waktu dimana polisi berkeliaran dan 'menilang' mobil tersebut dan akan didenda dengan nominal sepersekian Ringgit. Tapi, kalau ((lagi-lagi)) kata Kak Sarah, orang-orang sana sudah nggak peduli lagi karena dendanya pun nggak seberapa kalau kita bandingkan dengan gaji mereka yang cukup tinggi. Info lainnya, kalau di mall-mall ada banyak mobil, belum tentu itu mobil pengunjung mall. Bisa jadi itu mobil pekerja yang sengaja diparkir di parkir mall. Hm...
Dan fakta lagi. Di Malaysia, kita bakal banyak menjumpai mobil-mobil keluaran Malaysia itu sendiri. Mereka cinta produk dalam negeri? Belum tentu. Karena pajak dari jika kita membeli kendaraan dari luar Malaysia akan sangat tinggi ketimbang kalau kita membeli produk dalam negeri itu sendiri. Nggak heran kalau disana banyak kita jumpai mobil keluaran Proton. Bisa jadi salah satu strategi untuk mencintai produk dalam negeri dan meningkatkan kualitas produk kita sendiri.

Di Mid Valley, kita belum langsung pulang. Kita jalan-jalan dulu. Nge-mall...

Setelahnya, pulang ke rumah dan beristirahat! :)

-to be continued-

3 komentar:

  1. Kak Rifa lanjutin dong ceritanya, penasaran nih^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Fet. Nanti aku lanjutin kalau ada waktu, yaaa! xoxo :"

      Hapus
  2. wahh senangnya hehe,, lanjut nih ke cerita kedua

    BalasHapus

Pengunjung yang baik adalah yang mau meninggalkan komentar untuk membuat saya lebih baik lagi dalam menulis :)