Selasa, 09 Juli 2013

Review "Snow Country" by Yasunari Kawabata

Judul : Snow Country
Penulis : Yasunari Kawabata
Penerjemah : A.S Laksana
Kategori : Novel Terjemahan
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 190 halaman
Terbit : Cetakan Pertama, 2009 (oleh Gagas Media)
Penerbit : Gagas Media
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lagu pertama itu menyentuh sesuatu yang kosong di dasar perutnya, dan dalam kekosongan itulah suara shamisen bergema. Shimamura terkejut--atau, lebih tepat, ia terjengkang oleh sebuah pukulan telak. Terbenam dalam perasaan khidmat, dibasuh oleh gelombang penyesalan, tanpa daya, ia tak memiliki kekuatan lagi untuk melakukan apa pun, kecuali menghanyutkan dirinya pada arus yang menyeretnya, pada keriangan yang dihadirkan oleh Komako kepadanya.

Di daerah bersalju yang selalu dingin itu, Shimamura bertemu Komako, seorang geisha yang pipinya sewarna angsa yang baru dibului. Tanpa ia sadari, Shimamura tahu Komako tengah jatuh cinta padanya, begitu pula sebaliknya. Keduanya berusaha menemukan pembenaran atas cinta mereka, hingga akhirnya menyerah dan menyadari kalau cinta mereka telah gagal sejak kali pertama mereka bertemu.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Daerah Salju (Snow Country/Yukiguni/雪国) adalah sebuah master piece karya pengarang roman dari Jepang peraih penghargaan Nobel Sastra, Yasunari Kawabata. Sebuah haiku yang panjang, indah dan bermakna di hampir setiap kata-katanya. Kawabata mampu menjelmakan keindahan kebudayaan dan mitologi Jepang dalam novel ini.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Reaksi saya saat membaca halaman pertama buku ini adalah

Ngeng, apa ini?

Bukan karena apa saya berkata demikian. Saya sendiri pun tidak ingin tidak menyelesaikan membaca Yukiguni sampai selesai. Saya memilih buku ini karena dari sederet pilihan buku terjemahan, hanya Yukiguni yang penulisnya berasal dari Asia saya tidak begitu suka dengan kebarat-baratan. Kebetulan saya suka dengan je-Jepang-an, jadi saya tertarik membaca buku ini.

Cover buku ini sangat simple dan saya suka sekali. Dengan background putih polos, di bagian 1/3 cover bagian bawah ada gambar mungkin rumput yang terkena salju. Lalu letak judul di sisi kanan cover halaman depan. Saya tidak memiliki gambar covernya. Jika saya mem-fotokannya sendiri, hasilnya tidak bagus >.<

Kalau di Indonesia, mungkin ada novel sastra melayu tua yang gaya bahasanya tidak sama dengan gaya bahasa Indonesia yang sekarang, jadi, kita akan sulit untuk memahami nya. Sama seperti saat saya membaca buku ini, bahasanya sulit, susah untuk di pahami. Apa karena sang penulis adalah penulis roman? Saya rasa tidak ada pengaruhnya. Tapi, jujur saja, jika anda-anda sekalian membaca novel ini, anda akan di ajak berpikir. Membayangkan latar suasana di sana. Karena di sini sang penulis memang sangat sering mengajak kita membayangkan latar tempat yang di maksud atau gerak-gerik si tokoh Shimamura dan sebagainya.

Biasanya saat saya baru membuka plastik dari novel, saya melihat bab-nya ada berapa. Tapi karena ini kiriman dari penerbit, semua novel tidak di bungkus dengan plastik seperti buku-buku di toko buku. Saat saya membuka-buka buku Yukiguni ini... Hanya ada dua bab saja.

Bisa jadi, novel ini sangat tipis dan lebih tipis dari novel CTSB. Tapi, karena font di novel ini lebih kecil dari font dari novel CTSB, membacanya pun akan lebih lama ketimbang CTSB yang lebih tebal. Selain karena font, kita akan banyak menemukan kebingungan menerka jalan ceritanya.

Terdapat sebuah kalimat yang mencuri perhatian saya.

Dada perempuan itu masih cukup lancip untuk ukuran perempuan yang bekerja sebagai Geisha. (halaman 33)
Saya tidak mau mereview terlalu banyak terhadap novel ini. Saya sendiri masih bingung dengan ceritanya saking susahnya untuk di pahami. Maka, saya pun mengajak anda semua untuk membaca novel terjemahan ini. Tapi percayalah, anda tidak akan mengatakan novel karya Yasunari Kawabata ini adalah sebuah novel murahan. Pantas rasanya novel ini mendapatkan Nobel Prize Winner.

Bintang yang saya beri? 4,5/5.

NB: Review ini untuk GagasMedia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang baik adalah yang mau meninggalkan komentar untuk membuat saya lebih baik lagi dalam menulis :)