Senin, 15 Juli 2013

Review Paris by Prisca Primasari

Judul : Paris; Aline
Penulis : Prisca Primasari
Kategori : Novel
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 214 halaman
Terbit : Cetakan Pertama, 2012 ; Cetakan Ketiga, 2013
Penerbit : Gagas Media
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari Paris, sepotong kisah cinta bergulir, merupakan racikan istimewa dari tangan terampil Prisca Primasari yang sudah dikenal reputasinya dengan karya-karya sebelumnya Eclair, Beautiful Mistake, dan Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa.

Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bernama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula?

Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Pere Lachaise yang konon berhantu?

Setiap tempat punya cerita.
Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya selesai baca Paris juga. Cukup dua hari saja. Novel ini sangat-sangat menghinoptis. Padahal waktu itu waktu baca halaman pertama udah nggak mau lanjut baca gara-gara di halaman pertama aja udah ada nama macam Sevigne Devereux (halaman 2). Udah cukup baca nama sulit kayak gitu. Udah males duluan.
Tapi, saya penasaran sama orang-orang yang bilang kalau novel ini bagus. Ya sudah, saya pun melanjutkan baca dan tadi malam selesai. Hari pertama, bisa setengahnya. Hari kedua, tuntas. Ceritanya pun meninggalkan kesan tersendiri.

Di mulai dari kenapa saya milih Paris di antara sepuluh buku yang saya pilih dari Kado Untuk Blogger. Saya milih novel ini bukan karena keinginan saya, loh. Adik saya lah yang pingin. Berawal dari beberapa bulan lalu, saya ingat kalau dia pingin baca Paris dengan cara meminjam pada temannya. Cuma nggak jadi-jadi. Lalu saat saya buka daftar pilihan buku yang harus dipilih dan melihat judul Paris dalam jajaran, saya pun langsung memanggil adik saya dan menawarkan. Dia sih mau saja dan malah menyuruh saya harus memilih Paris. Akhirnya saya pilih.

Lalu, dari cover. Covernya suka banget. Kayaknya hampir semua cover STPC itu simple. 

Gaya bahasanya enak. Mengingat novel ini sebenarnya semacam diary Aline untuk Sevigne, kawannya.

Saya menandai sekiranya dua kalimat yang terasa tidak cocok di baca.
  • "Apa paling kamu rindukan dari Indonesia apa?" (halaman 52)
  • Ku pikir dia mempunyai keturunan Timur Tengah: Tatar atau Aljazair. (halaman 60)
Ada satu yang saya temui typo. Di mana menyebutkan "Mama" menjadi "Mamam". Awalnya saya cuma "Ha? Apaan mamam?" lalu setelah lanjut baca, yang di maksud adalah "MAMA" nya Sevigne. Ok...

Cerita ini sih menarik. Menarik banget. Tokoh Putra yang tidak begitu banyak di ceritakan tetapi sebenarnya adalah target sasarannya Aline membuat saya jijik sendiri. Iri? Untuk apa iri dengan Aline? Saya tidak suka dengan tokoh Putra. Cowok seperti dia itu... *tidak saya lanjutkan*

Saya suka dengan suami kak Marabel. Kak Marabel sendiri adalah kakak dari Sena. Suaminya yang terkesan cerdas itu sepertinya baik. Rela memberikan sebuah buku tentang Moliere. Entahlah, buku apa ini saya tidak tahu. Intinya, Sena ini di tahan oleh keluarga--atau sepasang suami istri Poussin yang anaknya telah meninggal. Sena sepertinya sudah dianggap sebagai anaknya karena anaknya meninggal. Dan menurut saya, anaknya meninggal karena kejahatan mereka sendiri. Meninggalnya pun di usia 16 tahun. Boleh kita katakan kalau suami-istri ini psikopat. Si anak nya itu mengoleksi tentang Moliere. Jadi, untuk memancing suami-istri agar Aline bisa menemui Sena yang berada di loteng rumah mereka, suami kak Marabel merelakan buku tersebut yang harganya 40 juta rupiah lebih...

Saya ada sedikit bingung di mana Aline yang tertahan di rumah keluarga Poussin ini di ajak makan oleh Sena yang sudah di tahan di rumah itu kurang lebih lima tahun. Awalnya, Sena mengajak Aline untuk makan karena lapar. Makanan di rumah tersebut tidak ada enak-enaknya. Sena berjanji untuk kembali lagi. Saya pikir, Aline juga akan ikut kembali mengingat masih tertinggal tugas mengetik sesuatu yang beribu-ribu halaman itu. Tetapi setelahnya, mereka pergi ke apartemen kak Marabel dan suaminya, lalu Sena melepas rindu sama kak Marabel dan Aline langsung pulang ke apartemennya dia, bukan ke rumah suami-istri Poussin. Lalu, tugas mengetik di mesin tik itu di tinggalkan begitu saja? :|

Saya merekomendasikan kalian-kalian untuk membaca novel Paris karya Prisca Primasari ini.

Bintang yang saya berikan? 3.5/5.

thx.
Rifa

NB: Review ini untuk Gagas Media


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang baik adalah yang mau meninggalkan komentar untuk membuat saya lebih baik lagi dalam menulis :)